Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Prabowo: Didik J Rachbini: Penguatan Industri Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Prabowo: Didik J Rachbini: Penguatan Industri Kunci Pertumbuhan Ekonomi



Berita Baru, Jakarta – Universitas Paramadina dan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Evaluasi Kritis 100 Hari Pemerintahan Prabowo Bidang Ekonomi”. Diskusi ini bertujuan untuk menilai kebijakan ekonomi yang telah dilakukan dalam tiga bulan pertama kepemimpinan Presiden Prabowo.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini, menyampaikan bahwa sebagian besar poin dalam Astacita pemerintahan Prabowo berkaitan dengan isu ekonomi. Menurutnya, pencapaian Indonesia dalam hal pertumbuhan ekonomi masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam.

“Vietnam berhasil mendorong pertumbuhan ekonominya hingga 7-8% dengan nilai ekspor yang mencapai 405 miliar USD per tahun. Sementara Indonesia, meskipun pernah mencapai angka ekspor 200 miliar USD 20 tahun lalu, kini stagnan di angka 250 miliar USD atau bahkan lebih rendah,” jelas Prof. Didik.

Prof. Didik juga menggarisbawahi bahwa Indonesia tidak akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% hingga 2029 tanpa penguatan sektor industri. “Selama 10 tahun terakhir, sektor industri Indonesia hanya tumbuh 3-4%, sementara Vietnam berhasil menumbuhkan industrinya hingga 9-10%, dengan ekspor yang melonjak 14-15%,” tambahnya.

Ia menekankan pentingnya reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja industri dan ekspor Indonesia, seraya mengingatkan pengalaman masa lalu ketika ekspor Indonesia melaju pesat pada era Presiden Soeharto. “Pada zaman itu, separuh dari birokrasi di Departemen Keuangan dirumahkan dan kegiatan ekspor diserahkan kepada pihak ketiga, sehingga ekspor melonjak signifikan,” ujarnya.

Namun, ia juga menyoroti bahwa kinerja investasi di Indonesia tengah merosot akibat pergeseran investasi ke Vietnam. “Kondisi ini mirip dengan situasi Filipina pada 1985 di era Marcos, di mana buruknya perekonomian mereka menyebabkan banyak investor berpindah ke Indonesia,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Prof. Didik optimis bahwa semangat Presiden Prabowo untuk mencapai pertumbuhan 8% patut dihargai. “World Bank memprediksi ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 5%, namun kita harus tetap optimis sebagaimana Vietnam yang terus melaju pesat,” pungkasnya.