Eropa Meradang, Gazprom Rusia Tunda Aliran Gas Penting Sampai Waktu yang Tidak Pasti
Berita Baru, Moskow – Raksasa energi Rusia, Gazprom menunda batas waktu hari Sabtu (3/9) untuk memulihkan aliran melalui rute pasokan gas penting ke Eropa sampai waktu yang tidak pasti.
Alasan penundaan pembukaan aliran tersebut adalah karena adanya kebocoran minyak di pipa Nord Stream 1 yang ditemukan selama maintenance (pemeliharaan).
Sebelumnya, Gazprom menutup pipa sejak hari Rabu (31/9) untuk melakukan maintenance selama tiga hari.
Namun, Gazprom mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada Jumat (2/9) malam bahwa mereka telah mengidentifikasi adanya “kerusakan” turbin.
“Transmisi gas melalui pipa Nord Stream telah ditutup sepenuhnya sampai cacat operasional pada peralatan dihilangkan,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan, tanpa memberikan jadwal baru kapan aliran akan dilanjutkan.
Langkah ini membuat Eropa semakin kesulitan dalam mengamankan bahan bakar yang cukup untuk bulan-bulan musim dingin yang semakin dekat.
Hal itu karena Nord Stream 1 menyediakan pasokan yang sangat dibutuhkan ke Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.
Di satu sisi, Rusia menyalahkan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina karena menghambat pemeliharaan rutin pada pipa.
Di sisi lain, beberapa pejabat Uni Eropa menuduh Rusia menggunakan energi sebagai senjata.
“Ini adalah bagian dari perang psikologis Rusia melawan kita,” cuit Michael Roth, ketua komite urusan luar negeri parlemen Jerman.
“Putin dengan tidak hati-hati melanggar perjanjian, menghidupkan dan mematikan keran gas, juga bertentangan dengan kepentingan ekonominya sendiri. Nord Stream 2 tidak membantu di sini, tetapi hanya transisi energi + diversifikasi pasokan energi,” imbuhnya.
Siemens Energy, yang secara teratur memelihara turbin Nord Stream 1, mengatakan pada hari Jumat bahwa kebocoran yang menurut Gazprom telah ditemukan biasanya bukan alasan untuk menghentikan aliran gas, karena perbaikannya termasuk dalam lingkup pekerjaan pemeliharaan.
“Kebocoran seperti itu biasanya tidak mempengaruhi pengoperasian turbin dan dapat ditutup di lokasi,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. “Di masa lalu juga, terjadinya kebocoran jenis ini tidak menyebabkan penghentian operasi,” kata pernyataan Siemens Energy, dikutip dari Reuters.
Siemens Energy juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya tidak lagi dikontrak untuk mengerjakan masalah pemeliharaan khusus itu.
Siemens mengatakan telah “menunjukkan beberapa kali bahwa ada cukup turbin lain yang tersedia di stasiun kompresor Portovaya untuk beroperasinya Nord Stream 1”.
Sejak Agustus 2021, harga gas grosir telah melonjak 400 persen, memukul industri Eropa dan konsumen dengan keras karena permintaan melonjak setelah penguncian pandemi dicabut dan kemudian memburuk setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebelumnya menyarankan untuk memberlakukan pembatasan harga pada pipa gas Rusia untuk melawan apa yang dia katakan sebagai “manipulasi” Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev telah memperingatkan bahwa Rusia akan memotong pasokan ke Eropa jika Uni Eropa memberlakukan batasan harga seperti itu.
Pengurangan pengiriman Nord Stream, bersama dengan aliran gas terbatas melalui Ukraina, rute penting lainnya, telah membuat negara-negara Eropa berebut mengisi tangki penyimpanan untuk musim dingin.
Banyak negara sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan tindakan darurat yang akan mendesak bisnis dan rumah tangga untuk menjatah dan mengurangi penggunaan energi mereka. Beberapa perusahaan besar Eropa, seperti perusahaan pupuk dan aluminium, telah mengurangi produksi karena melonjaknya harga energi.