Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kopi Gayo
Ilustrasi: Istimewa

Ekspor Terkendala, Belasan Ribu Ton Kopi Gayo Menumpuk



Berita Baru, Aceh Tengah – Akibat pandemi Covid-19, ekspor produk pertanian mengalami hambatan, bahkan sebagian sama sekali tidak bisa dilakukan karena banyak negara menutup kran impor. Kondisi ini juga dialami oleh kopi arabika Gayo yang merupakan komoditi ekspor utama dari Kabupaten Aceh Tengah.

Akibat terhambatnya ekspor kopi arabika Gayo ke negara-negara buyer baik di Eropa maupun Amerika, saat ini ada belasan ribu ton biji kering (green bean) kopi arabika yang tertumpuk di gudang-gudang di Kabupaten Aceh Tengah karena belum bisa diekspor. Akibatnya pembelian kopi dari petani juga terhambat, karena pedagang belum bisa membuang produk mereka, dan harga kopi cenderung menurun.

Hal itu disampaikan Iwan Tosa, pelaku ekspor kopi Gayo di Aceh Tengah. Dia mengatakan, pihaknya dalam beberapa bulan terakhir mengalami kesulitan mengekspor kopi ke luar negeri.

Pemilik perusahaan ekspor PT Meukat Komoditi Gayo ini sudah bertahun-tahun menggeluti ekspor kopi arabika Gayo hampir ke seluruh dunia, namun untuk saat ini semua menjadi terhambat karena virus corona yang melanda dunia.

“Delapan puluh persen kopi arabika Gayo pangsa pasarnya adalah pasar ekspor, jika ekspor terhambat, maka perekonomian masyarakat juga terhambat, karena sebagian besar masyarakat di Aceh Tengah ini menggantungkan hidupnya dari komoditi kopi,” ungkap Iwan, saat mendampingi Bupati Aceh Tengah menerima sertifikat pengelolan Sistem Resi Gudang dari Badan Pengawas Pasar Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Rabu (15/7).

Dia juga mengungkapkan, saat ini tidak kurang dari 12 ribu ton kopi green bean tertahan di gudang-gudang perusahaan maupun koperasi yang ada di Aceh Tengah.

Menurut Iwan, dengan kondisi seperti ini, sangat sulit bagi para pengusaha untuk terus membeli kopi dari petani, karena perputaran uang menjadi macet akibat produk mereka tidak bisa diekspor, akibatnya harga kopi di tingkat petani cenderung turun.

“Kami akui bahwa harga kopi cenderung turun, ini karena daya beli kami menurun akibat barang yang ada tidak bisa diekspor keluar, jadi modal kami tertahan di situ, bagaimana kami bisa membeli kopi petani, padahal sebelum pandemi covid, semuanya lancar-lancar saja,“ lanjut Iwan.

Salah satu upaya agar kopi petani tetap bisa terjual adalah melalui sistem jual tunda dengan sistem resi gudang. Kebetulan perusahaan milik Iwan itu, merupakan salah satu badan usaha yang dipercaya untuk mengelola sistem resi gudang ini, setelah sertifikat pengelolaan resi gudang diterima dia dari Bupati Aceh Tengah.