Eks Anggota KKB Serahkan 6 Pucuk Senjata Kepada Pangdam Cenderawasih
Berita Baru, Jakarta – Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menerima enam senjata api dari mantan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, Lambert Pekikir dan Lazarus Karoba pada Senin (1/5/2023).
Menurut Saleh Mustafa, enam senjata api tersebut telah dikumpulkan dari mantan anggota KKB Keerom sejak tahun lalu. Ia meminta kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan ideologi Pancasila untuk menyerahkan senjata mereka dan kembali menjadi warga negara Indonesia yang baik dan membantu membangun Papua.
Panglima TNI juga mengajak KKB untuk menghentikan kekerasan dan perlawanan bersenjata, serta kembali menjadi warga negara Indonesia yang baik dan membantu membangun Papua.
“Kita harus mengubah pandangan yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila dan beralih ke membangun daerah kita sendiri,” ujar Saleh Mustafa seperti dikutip dari Jawapos.com.
Bupati Keerom, Piter Gusbager menyatakan bahwa kini daerah tersebut telah damai, terutama setelah masyarakat adat menolak kekerasan bersenjata. “Ini menunjukkan bahwa kami ingin membangun Kabupaten Keerom yang lebih baik dan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat,” kata Piter Gusbager.
Enam senjata api yang diserahkan meliputi satu pistol FN-46 buatan Belgia (delapan butir amunisi kaliber sembilan mm) dan satu magasin, satu pistol Walther buatan Jerman, enam butir amunisi kaliber sembilan mm, dan satu magasin. Selanjutnya, satu senapan M1 Caribne Kaliber delapan mm buatan AS, empat magazen dan 236 butir amunisi, satu senapan Winchester Magnum Bolt Model 700 buatan AS, satu magasin dan tiga butir amunisi kaliber tiga mm, serta dua peredam laras pendek dan panjang.
Kemudian, satu senapan M1 Caribne Kaliber delapan mm buatan AS, dua magasin dan 18 butir amunisi, serta satu senapan M1 Caribne Kaliber delapan mm buatan AS, satu magasin dan delapan butir amunisi.
Lambert Pekikir, mantan anggota KKB Keerom mengajak generasi muda Papua saat ini untuk mengutamakan kedamaian dan membangun Papua dengan damai. Ia menyatakan bahwa hanya dengan kedamaian, pembangunan dapat tercipta di Papua. “Dulu, kami berperang melawan Indonesia dari Keerom, kini perdamaian juga berasal dari Keerom. Kami meminta semua pihak untuk mengutamakan dialog damai dan tidak menggunakan senjata,” kata Pekikir.
Kesepakatan damai ini diharapkan dapat mewakili kesepakatan damai untuk seluruh Papua. Hal ini karena generasi muda di Keerom ingin melihat masa depan yang lebih cerah dan tidak ingin situasi yang sama terulang di masa depan.