Ekonom Kritik Pernyataan Menteri Desa
Beritabaru.co, Nasional – Pernyataan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada dialog Merajut Masa Depan Indonesia yang diselenggarakan United in Diversity di Jakarta, Kamis (4/7) menuai kritik dari Ekonom Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Pada acara tersebut Eko Putro Sandjojo menyebutkan bahwa pada tahun 2026 desa-desa akan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar USD1,2 triliun sampai USD1,4 triliun, yang berarti lebih besar daripada PDB Indonesia saat ini.
Menurutnya, tujuh tahun lagi diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan akan tumbuh mencapai 150 juta jiwa. Apabila pendapatan perkapita penduduk desa tersebut tumbuh menjadi Rp2 juta, maka desa akan memiliki pendapatan sebesar Rp300 triliun per bulan, sehingga mampu menciptakan daya beli sebesar Rp1.500 triliun per bulan atau Rp18.000 triliun per dalam satu tahun.
“Desa akan mampu berkontribusi terhadap PDB sebesar USD1,2 triliun sampai USD1,4 triliun pada tahun 2026”. Tandasnya.
Di temui secara terpisah, Rifai Afin, MSc, Ekonom Universitas Trunojoyo Madura memberikan tanggapan cukup mendalam. Menurutnya, metode perhitungan yang dipergunakan Menteri Eko tidak tepat. Pendapatan per kapita adalah PDB dibagi dengan jumlah penduduk, bukan sebaliknya justru pendapatan per kapita yang dikalikan jumlah penduduk.
Selain itu, Rifai, sapaan akrab ekonom muda tersebut, menjelaskan bahwa Negara Indonesia saja membutuhkan waktu lebih dari 70 tahun untuk bisa mencapai PDB di atas USD1 triliun, setelah membangun ekonomi sejak masa kemerdekaan.
“Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen, tampaknya mustahil desa bisa berkontribusi pada peningkatan PDB yang nilainya sama dengan capaian PDB Indonesia selama lebih dari 70 tahun”. Komentarnya tenang.
Lebih lanjut ia menguraikan bahwa dari aspek sektoral, penyumbang PDB terbesar dari pedesaan adalah sektor pertanian. Pada tahun 2018, sektor pertanian memiliki kontribusi nilai tambah pada PDB sebesar 12,81 persen dengan nilai sekitar Rp1.900 triliun. Jika selama 7 tahun kedepan diproyeksikan sektor ini tumbuh di level 4 persen (seperti terjadi di 2018_red), maka PDB sektor pertanian di 2026 menjadi sekitar Rp2.500 triliun.
“Ini artinya jauh dari prediksi menteri Desa, PDT dan Transmigrasi bahwa PDB wilayah pedesaan yang diperkirakan akan mencapai lebih dari Rp18.000 triliun”. Imbuhnya sambil tersenyum.
Di pedesaan, kata Rifai, memang mulai tumbuh industri manufaktur dan sektor jasa, namun peran dan nilainya masih relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan.
Oleh karena iitu, masyarakat desa nampaknya tidak hanya memerlukan kebijakan pembangunan seperti melalui program dana desa, namun juga memerlukan kebijakan industri dan ketenagakerjaan yang tepat sasaran dan langsung dirasakan masyarakat pedesaan, agar pertumbuhan ekonomi desa semakin melesat sekaligus meningkatkan pemerataan pendapatan. [Priyo Atmojo]