Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Eisha M Rachbini, Kepala Center of Digital Economy and SME’s Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) saat menyampaikan materi diskusi publik Continuum dan INDEF, bertajuk “Keluh Kesah Masyarakat, Saat Harga Pangan dan Energi Meningkat”, Kamis 14 April 2022. (Foto: Tangkap Layar YouTube INDEF)
Eisha M Rachbini, Kepala Center of Digital Economy and SME’s Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) saat menyampaikan materi diskusi publik Continuum dan INDEF, bertajuk “Keluh Kesah Masyarakat, Saat Harga Pangan dan Energi Meningkat”, Kamis 14 April 2022. (Foto: Tangkap Layar YouTube INDEF)

Ekonom INDEF Ungkap Penyebab Harga Komoditas di Indonesia Naik



Berita Baru, Jakarta – Eisha M Rachbini, Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF mengungkap beberapa penyebab naiknya harga komoditas di Indonesia saat ini berdasar analisis perekonomian.

Pertama adalah dampak dari pandemi COVID-19. Ia menyebut, dalam dua tahun belakangan, COVID-19 memiliki dampak negatif terhadap situasi ekonomi, baik skala global maupun nasional.

Menurut Eisha, pada tahun 2020 Indonesia secara pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi mines 2,1 persen di tahun 2020, akibat dari adanya mobilitas yang terbatas dan restruksi kegiatan ekonomi.

Namun seiring pengendalian Pandemi COVID-19 baik, membuat mobilitas sosial berangsur normal sehingga ekonomi Indonesia mulai bergerak dan mengalami pertumbuhan di 3,7 persen pada tahun 2021.

Meski demikian, karena masa Pandemi membuat mobilitas sektor industri terbatas, berdampak pada hasil produksi setelah meredanya pandemi COVID-19 saat kegiatan ekonomi mulai bergerak dan permintaan konsumen berangsur pulih.

“Tapi memang kapasitas utilisasi kapasitas produksi atau lebih tepatnya dari sisi manufaktur memang utilitas kapasitasnya belum balik seperti level sebelum COVID. Jadi memang ada hambatan dari sisi produksi di masa pemulihan,” kata Eisha.

Hal itu ia ungkap dalam diskusi publik kolaborasi antara Continuum dan INDEF, bertajuk “Keluh Kesah Masyarakat, Saat Harga Pangan dan Energi Meningkat”, pada Kamis 14 April 2022, yang digelar secara daring.

Kedua, kenaikan harga komoditas disebabkan karena adanya disrupsi supply chain, di mana selama pandemi terjadi layoff shipping firm yang mengganggu distribusi barang di seluruh dunia.

Akibatnya, lanjut Eisha, saat situasi sosial dan ekonomi masyarakat mulai pulih dari pandemi COVID-19, supply menjadi terhambat dan tidak memenuhi permintaan pasar barang dan jasa yang berangsur normal dan meningkat.

“Permintaan barang dan jasa sudah mulai meningkat orang-orang uda mulai kerja ekonomi terbuka, lebih dibuka. Jadi memang pada saat pemulihan pandemi, kita bisa melihat harga itu juga sudah mulai merangkak naik. Dari sisi permintaan semakin meningkat, tapi tidak didukung oleh penawaran atau supply,” pungkasnya.

Konflik Rusia dan Ukraina yang pecah pada Februari 2022 lalu, tutur Eisha, juga mendorong kenaikan beberapa harga komoditas, diantaranya minyak bumi CPO, batubara, nikel dan kakao.

Minyak bumi sendiri harganya mencapai diatas 100 USD per barel. “Ini yang manjadi pukulan baut seluruh dunia, gak cuman Indonesia. Di Indonesia, minyak bumi sebagai bahan dari BBM, dimana BBM ini diatur harganya oleh pemerintah,” pungkasnya. (mkr)