Ecoton Dapati Tiga Sumber Air PDAM Bengkulu Tercemar Mikroplastik
Berita Baru, Bengkulu – Direktur Ecoton Prigi Arisandi menyebutkan tiga sungai yang menjadi sumber air baku perusahaan daerah air minum (PDAM) di Bengkulu telah tercemar mikroplastik.
Menurut Prigi apabila air tersebut dikonsumsi dapat membahayakan tubuh manusia karena dapat memicu pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, dan mengganggu sistem reproduksi.
“Kami meneliti empat sungai namun tiga diantaranya adalah sumber air baku air PDAM dan berdasarkan tes cepat yang kami uji, ketiga sungai itu sudah tercemar mikroplastik,” kata Prigi di Bengkulu, Minggu (1/5), dikutip dari Antara.
Prigi bersama rekannya Amirudin Muttakin berada di Bengkulu dalam rangkaian Ekspedisi Sungai Nusantara yang digagas untuk melihat kondisi sungai-sungai di Nusantara termasuk kondisi sungai di Bengkulu dan wilayah lainnya di Pulau Sumatera.
Ia mengatakan penelitian kualitas air di wilayah Bengkulu dilakukan di lima titik yakni Danau Dendam Tak Sudah, Sungai Rindu Hati, Sungai Bengkulu, Sungai Air Nelas dan Sungai Musi.
Dari lima titik tersebut, kata Prigi, tiga sungai merupakan sumber bahan baku air PDAM yakni air Sungai Musi jadi sumber air PDAM warga Kabupaten Kepahiang, Sungai Bengkulu dan Sungai Nelas menjadi bahan baku air PDAM warga Kota Bengkulu.
“Dari lima titik pengambilan sampel, hanya Sungai Rindu Hati yang berada di Desa Rindu Hati Kabupaten Bengkulu Tengah yang masih bebas atau tidak tercemar mikroplastik, masih sangat baik untuk sumber air minum, ini patut diapresiasi dan dijaga kelestariannya,” ujarnya.
Sedangkan empat titik pengambilan sampel air lainnya, yakni tiga sungai dan satu danau yaitu Danau Dendam Tak Sudah sudah tercemar mikroplastik dan senyawa pencemar lain seperti klorin, phospat, besi, mangan, tembaga.
Kandungan bahan-bahan tersebut sudah melebihi ambang baku mutu berdasarkan uji kualitas air yang diatur dalam PP nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tim peneliti di wilayah Bengkulu yang berkolaborasi dengan Ulayat, Mapetala Bengkulu dan Telapak, menemukan selain mengandung senyawa pencemar, di tiga sungai tersebut juga ditemukan timbulan sampah plastik.
Prigi mengatakan sampah plastik yang dibuang ke media lingkungan termasuk sungai, telah membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan apalagi Indonesia tercatat menghasilkan sampah mencapai 8 juta ton per tahun.
“Dari 8 juta ton tersebut, sebanyak 2,6 juta ton terbuang ke sungai dan berakhir di laut,” urainya.
Sementara tokoh masyarakat Desa Rindu Hati, Sutan Mukhlis mengatakan peran masyarakat menjaga dan melestarikan sungai menjadi kunci untuk mengelola lingkungan seperti yang dilakukan di Sungai Rindu Hati.
“Kami juga mengharapkan dukungan pelestarian sungai di wilayah hulu karena selama ini komunitas sudah berperan menjaga kebersihan sungai. Seperti di Rindu Hati kami juga menolak kehadiran perkebunan sawit skala besar yang berpotensi mencemari sungai. Begitu juga dengan ancaman kehadiran pertambangan batu bara,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah daerah dan pusat memperhatikan kelestarian sungai di wilayah Bengkulu sebab sebagian besar masyarakat masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup.