Dunia Muslim Timur Tengah Kecam Kunjungan Menteri Israel ke Situs Suci Al-Aqsa di Yerusalem
Berita Baru, Internasional – Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, melakukan kunjungan ke situs suci kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Selasa (3/1) dan memicu reaksi keras dari dunia Muslim di Timur Tengah.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, mengecam kunjungan Ben-Gvir ke Al-Aqsa – pertama kalinya dilakukan oleh seorang menteri Israel dalam hampir lima tahun – sebagai “tantangan bagi rakyat Palestina, bangsa Arab, dan komunitas internasional.”
“Upaya otoritas Israel untuk mengubah realitas sejarah dan hukum yang ada di Al-Aqsa dengan mengabadikan pembagian temporalnya dengan membaginya secara spasial ditolak dan pasti akan gagal,” katanya, sambil memperingatkan bahwa Yerusalem dan tempat-tempat sucinya adalah “garis merah” yang tidak bisa dilintasi.”
Seperti dilansir dari Xinhua News, Perdana Menteri Palestina, Mohammed Ishtaye, mengatakan kepada kabinet mingguan Otoritas Palestina bahwa kedatangan Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, merupakan tantangan serius bagi perasaan rakyat Palestina.
Hazem Qassem, juru bicara faksi Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza, mengutuk kunjungan tersebut ddan menyebutnya sebagai kelanjutan dari agresi pendudukan Zionis. Ia bersumpah bahwa rakyat Palestina akan terus mempertahankan tempat suci mereka dan Masjid Al-Aqsa.
Usai agenda kunjungan itu, Jordan memanggil duta besar Israel di Amman dan menyampaikan pesan protes dengan kata-kata keras yang menuntut Israel segera menghentikan semua pelanggaran tersebut.
“Penyerangan Masjid Al-Aqsa oleh seorang menteri Israel telah melanggar kesucian masjid. Itu tindakan terkutuk dan provokatif dan merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional, serta status quo sejarah dan hukum di Yerusalem dan tempat-tempat sucinya,” Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sinan Majali, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Mesir juga menyesalkan kunjungan Ben-Gvir ke kompleks Al-Aqsa, ia menekankan penolakan total terhadap setiap tindakan sepihak yang melanggar status quo hukum dan sejarah di Yerusalem.
Di Lebanon, kementerian luar negeri juga mengutuk kunjungan Ben-Gvir dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap kesucian Masjid Al-Aqsa yang menunjukkan arah kebijakan ekstremis yang diadopsi pemerintah Israel terhadap rakyat Palestina dan hak serta kesucian mereka.
Suara kecaman keras juga terdengar dari negara-negara Teluk terhadap kunjungan menteri baru Israel ke tempat suci di Yerusalem.
Mengutuk tindakan provokatif oleh Ben-Gvir, kementerian luar negeri Saudi mengatakan: “Praktik-praktik Israel merusak upaya perdamaian internasional dan prinsip-prinsip internasional dan norma-norma tentang penghormatan atas kesucian agama.”
Uni Emirat Arab (UEA) juga mengecam keras “penyerbuan Masjid Al-Aqsa” oleh Ben-Gvir, mendesak Israel untuk menghentikan pelanggaran serius dan provokatifnya di tempat suci itu, kata kementerian luar negeri UEA dalam sebuah pernyataan.
Qatar dan Oman sama-sama mengecam kunjungan menteri sayap kanan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional dan semua Muslim, menurut pernyataan terpisah yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri kedua negara Teluk.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Iran mengecam kunjungan Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai “penodaan” tempat suci dan pelanggaran hukum internasional.
“Tindakan asusila seperti itu merupakan penghinaan terhadap nilai-nilai dan kesucian umat Islam dunia,” kata juru bicara kementerian Nasser Kanaani dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs kementerian. Kanaani juga memperingatkan terhadap tindakan provokatif dari pemerintah garis keras baru Israel.
Türki, yang sedang memulihkan hubungan diplomatik penuhnya dengan Israel pada 2022 setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan, juga mengecam “kunjungan provokatif” Ben-Gvir, kata Kementerian Luar Negeri Turki. Ia mendesak Israel untuk mencegah provokasi semacam itu yang akan melanggar status dan kesucian tempat-tempat suci di Yerusalem dan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Menanggapi protes tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pemimpin terlama Israel yang baru saja kembali berkuasa setelah memenangkan pemilihan parlemen November tahun lalu, menegaskan dalam pernyataan bahwa Israel sedang “mempertahankan status quo secara ketat” di kompleks Al-Aqsa. Netanyahu menambahkan bahwa kunjungan para menteri ke situs tersebut tidak dianggap sebagai “perubahan status quo.”
Ben-Gvir, yang dikenal sebagai seorang ultra-nasionalis, dilantik sebagai menteri keamanan nasional Israel pekan lalu, saat pemerintahan koalisi ekstrem kanan baru Netanyahu mulai menjabat.
Kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal orang Yahudi sebagai situs paling suci, adalah situs tersuci ketiga umat Islam.
Situs suci itu dikelola oleh Wakaf Islam Yerusalem, sebuah badan Yordania, sejak 1948. Di bawah perjanjian 1967 antara Israel dan Yordania, jamaah non-Muslim dapat mengunjungi kompleks tersebut tetapi dilarang berdoa di sana.