Dua Kapal Bantuan Iran ke Venezuela Berhasil Dipulangkan AS
Berita Baru, Internasional – Pada hari Rabu (27/5), mengutip Wall Street Journal, seorang pejabat Washington mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menghentikan dua kapal tanker minyak Iran yang akan menuju Venezuela.
Kedua kapal tersebut merupakan dua kapal terakhir dari lima kapal tanker yang dikirim Iran ke Venezuela yang sedang menghadapi krisis energi.
Menurut Sputnik, dua kapal yang dihentikan AS tersebut adalah kapal Bering dan kapal Bella. Kapal tangker kedua Iran sampai di Venezuela pada hari Minggu (23/5).
Sebagaimana kapal tanker sebelumnya, kedua kapal tersebut memuat bahan bakar, zat aditif dan beberapa suku cadang dan peralatan untuk membantu memulihkan industri kilang minyak Venezuela.
Baik kapal Bella dan kapal Bering tercatat masuk di Liberia dan dimiliki oleh perusahaan pengirim barang Yunani.
Ketika sampai di Liberia, kapal Bering dan kapal Bella terpaksa kembali setelah pejabat AS menghubungi pemerintah Liberia sambil memberikan ancaman akan diberi sanksi jika kedua kapal tersebut melanjutkan pengiriman ke Venezuela.
Bahkan, pejabat AS juga telah berkomunikasi langsung dengan kru dalam kapal dan mengancam perusahaan pemilik kapal di Yunani dengan sanksi dan tindakan hukum.
Mendapat ancaman seperti itu, Liberia segera mencabut izin pergi dari kedua kapal Iran tersebut. Dan jika Liberia tidak melakukan itu, maka Liberia akan kehilangan akses ke perbankan internasional dan asuransi maritim.
Terakhir kali dideteksi pada hari Kamis (28/5), lokasi kedua kapal itu sedang berjalan menuju pantai lepas selatan Senegal dekat Liberia.
Penghentian itu dikonfirmasi oleh Washington melalui surat kabar Fox News.
Pada tangal 17 Mei, pejabat penting Presiden Trump, Elliot Abrams mengatakan bahwa Washington diam-diam mengirim peringatan diplomatik kepada negara “di seluruh dunia” agar mereka tidak melakukan pengiriman bahan bakar atau peralatan pembuatan kilang minyak ke negara Amerika Latin itu.
“Kami akan terus menggunakan kekuatan penuh baik secara ekonomi maupun diplomatik untuk mendesak pemulihan demokrasi Venezuela,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri kepada Fox News pada hari Jumat (29/5).
Sejauh ini, Iran dan Venezuela belum memberikan tanggapan.
Venezuela dikenal sebagai negara yang mempunyai cadangan minyak mentah terbesar di dunia. Namun kini, Venezuela mengalami kekurangan energi migas akut dan menjadi semakin tergantung pada impor energi. Dan sementara ini, jaringan kilang minyak Venezuela hanya beroperasi pada kapasitas sekitar 10 persen akibat sanksi dari AS dan kurangnya investasi.
Mengutip Sputnik, salah satu perusahaan minyak terbesar di Venezuela, PDVSA sebelumnya berusaha untuk menukar ekspor minyak mentah untuk baha bakar. Namun Washington secara serius benar-benar menutup jalur ekspor PDVSA. Misalnya saja Washington telah menjatuhkan sanksi pada Rosneft Rusia karena bekerja sama dengan PDVSA. Selain itu, Washington juga menekan hampir seluruh mitra bisnis PDVSA di luar negeri, misalnya di India dan Spanyol untuk menghentikan ekspor minyak mentak PDVSA.
Pemberian sanksi Washington terhadap Venezuela karena pihaknya menuduh Maduro menginjak-injak demokrasi dan mendukung Juan Guaido untuk menjadi presiden sesungguhnya di Venezuela.
Awal bulan ini, pihak berwenang Venezuela mengumumkan bahwa pihaknya berhasil menggagalkan kudeta bersenjata yang dilakukan melalui jalur laut. Pihak berwenang Venezuela berhasil menangkap beberapa pemberontak dan mengatakan bahwa kudeta itu didalangi oleh salah satu perusahaan keamanan swasta AS.
Dua tentara bayaran AS ditangkap dalam upaya kudeta itu dan kedua memberikan keterangan bahwa tujuan dan misi mereka adalah menculik Maduro. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa kontrak dari operasi kudeta tersebut ditandatangani oleh Juan Guaido. Namun pihak oposisi dari Juan Guaido menolak tuduhan tersebut.
Selain itu, Washington juga membantah ikut terlibat dalam upaya kudeta tersebut meskipun pihaknya menawarkan hadiah US$ 15 juta untuk bisa menangkap Maduro.