Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hadis

Dr. Akmal: Terjemahan Hadis di Meme Apakah Sahih?



Berita Baru, Yogyakarta – Dosen Prodi ILHA UIN Sunan Kalijaga Dr. Muhammad Akmaluddin, M.S.I mengatakan bahwa terjemahan hadis yang banyak beredar di media sosial melalui meme-meme bukanlah hadis sahih.

Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Nasional “Revitalisasi dan Aktualisasi Kajian Hadis sebagai Tren di Ruang Virtual” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta pada Selasa, 21 Maret 2023 di auditorium utama IIQ An Nur.

Menurut Dr. Akmal, alih-alih tidak sahih, terjemahan hadis yang beredar di media sosial pada dasarnya bukanlah hadis. Sebab terjemahan dan hadis itu sendiri adalah dua hal yang berbeda.

“Terjemahan hadis itu kan tidak bisa kita posisikan sebagai riwayat bi al-ma’na ya, tidak juga riwayat bi al-lafdz. Jadi, jika dari keduanya tidak masuk, ya maka itu tidak hadis,” jelasnya dalam diskusi yang dipandu oleh dosen Prodi IAT IIQ An Nur Yogyakarta Fatimah Fatmawati, M.Ag.

Meski demikian, lanjutnya, apa yang terjadi di masyarakat adalah sebaliknya. Masyarakat, karena latar belakangnya berbeda-beda dan didominasi oleh anak muda, menganggap bahwa terjemahan hadis adalah hadis itu sendiri.

Akibatnya penerimaan mereka adalah bahwa itu adalah dari Nabi. Dalam kasus meme misalnya, ketika ada kutipan terjemahan hadis dan di bawahnya ditulis “hadis nabi”, kebanyakan mereka langsung memercayainya.

“Karena yang terjadi di lapangan demikian, maka ya begitulah. Seolah ketika sudah ada tanda hadis nabi atau malah riwayat Bukhari dan Muslim, itu hadis sahih,” ungkapnya.

Bagi Dr. Akmal, diskusi soal kualitas hadis di ruang virtual terjadi dalam bentuk yang sesederhana tersebut. Jika ada yang lebih rumit, itu adalah ketika ada meme yang mengutip penilaian suatu hadis dari Nasiruddin al-Albani.

Dalam praktiknya, tim kreatif suatu akun merespons suatu hadis dengan meminjam penilaian al-Albani. Redaksi yang dipakai biasanya sebatas bahwa hadis ini telah disahihkan oleh Syekh al-Albani atau sebaliknya.

“Serba unik memang dan hal seperti ini jika dibiarkan bisa berdampak pada pupusnya otoritas Imam Bukhari dan Muslim dan kemudian tergantikan oleh al-Albani yang ketokohannya bermula dari gerakan Islam Transnasional,” pungkasnya.

Dalam acara ini dihadiri oleh dosen Prodi ILHA IIQ An Nur Yogyakarta Khoirul Imam, M.Ag. sebagai narasumber lain. Sekitar 60 mahasiswa dan beberapa dosen juga turut meramaikan diskusi yang dibuka oleh Kepala Prodi ILHA IIQ An Nur Yogyakarta Arif Nuh Safri, M.Hum.