Dongkrak Ekonomi, Pemerintah AS Siapkan USD 2 Triliun
Berita Baru, Internasional – Presiden Donald Trump dan Senat Amerika Serikat (AS) telah menyetujui paket bantuan ekonomi besar-besaran senilai lebih dari 1,8 triliun dollar (sekitar 29 ribu triliyun rupiah)
Paket bantuan itu termasuk uang untuk menyelamatkan industri yang terdampak pandemi virus korona.
Mitch McConnell, Pemimpin Mayoritas Senat Republik, menggambarkan situasi ekonomi AS di tengah pandemi virus korona ini sama dengan situasi “masa perang.”
Sehubungan dengan kesepakatan itu, pada hari Selasa (24/3), di Amerika pasar saham melonjak; dan pada hari Rabu (25/3), saham di Eropa dan Asia juga mulai mengalami kenaikan.
Di Wall Street, Dow Jones mengalami kenaikan 11,4% pada hari Selasa. Kenaikan itu adalah kenaikan terbesar sejak krisis hebat akibat pandemi virus korona.
Pada hari Rabu, Indeks acuan Nikkei 225 Jepang ditutup 8% lebih tinggi setelah muncul berita pengesahan kesepakatan bantuan ekonomi tersebut.
Pasar di Eropa juga diperdagangkan lebih tinggi, dengan indeks FTSE 100 London naik 1%.
Rincian lengkap dari kesepakatan bantuan yang disepakati oleh Trump dan Senat di AS tidak akan dipublikasikan sampai hari Rabu. Namun, diharapkan isi dari kesepakatan itu memuat langkah-langkah untuk membantu orang membayar tagihan jika mereka diberhentikan karena virus, meningkatkan tunjungan pengangguran sebesar 250 miliar dollar dan 350 miliar dollar untuk memberikan pinjaman darurat kepada perusahaan kecil.
McConnell mengatakan juga akan “menstabilkan” sektor-sektor industri utama dan memberikan uang tunai kepada rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan lainnya yang kesulitan mendapatkan peralatan.
“Kami akan mengesahkan undang-undang ini pada hari ini,” imbuh McConnell.
Chuck Schumer selaku Pemimpin Demokrat Senat menyebut paket bantuan itu sebagai “paket penyelamatan terbesar dalam sejarah Amerika.” Dia mengatakan itu adalah “Marshall Plan” untuk rumah sakit. “Bantuan sedang dalam perjalanan, bantuan besar dan bantuan cepat.”
Pada hari Selasa, di tempat yang berbeda, Trump mengatakan keinginannya untuk meningkatkan perekonomian dan berharap ekonomi sudah bisa berjalan kembali pada hari Paskah.
Presiden Trump mengatakan dirinya telah berbicara dengan Coronavirus Taskforce tentang kapan baiknya memulai kembali perekonomian AS. Dari pembicaraan itu, disebutkan bahwa akhir pekan Paskah, yakni 12 April, adalah “waktu yang indah, garis waktu yang indah.” Karena itu, Trump berharap dirinya bisa mulai meningkatkan perekonomian, setidaknya beberapa bagian dari negara.
Sebagai tanggapan dari adanya paket bantuan tersebut, Tom Stevenson selaku direktur investasi Fidelity International, mengatakan: “Ini berita bagus, tapi kami belum keluar dari hutan.”
“Ketika pasar jatuh, Anda mendapatkan demonstrasi besar ini. Namun Anda tidak boleh terjebak pada itu. Mereka terpental dalam situasi ini.”
Ayunan terbaru dalam harga saham melanjutkan periode volatilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pasar bereaksi secara liar terhadap dampak ekonomi dari pandemi virus korona.
Dalam bulan Maret ini saja, Dow Jones memiliki catatan lima kenaikan harian terbesar dan lima penurunan terbesar dalam sejarah sejak 135 tahun yang lalu.
Sekarang, banyak negara sedang berusaha mengeluarkan paket bantuan sebagai stimulus untuk mendukung perekonomian negara mereka. Namun usaha ini telah menerima tanggapan beragam dari investor.
Paket bantuan ini mengikuti negosiasi intensif selama lima hari untuk mencoba menyepakati kesepakatan yang akan memberikan bantuan bagi pekerja dan bisnis di Amerika.
Sebelum sah menjadi undang-undang, kesepakatan ini harus melalui Senat yang dikuasai Republik, Dewan Perwakilan yang dikendalikan Demokrat dan ditandatangani oleh Presiden Trump.
Bank sentral AS, Federal Reserve, telah mengumumkan pinjaman tambahan 4 triliyun dollar untuk membantu merangsang ekonomi dalam menghadapi virus korona.
Pekan lalu, Steve Mnuchin selaku Menteri Keuangan memperkirakan bahwa angka pengangguran di AS bisa mencapai 20%. Pada hari Kamis (19/3), Departemen Keuangan akan merilis data jumlah pengangguran terbaru, dan jumlahnya diperkirakan mencapai jutaan.
Laporan Goldman Sachs memperkirakan bahwa produk domestik bruto negara pada kuartal kedua dapat menyusut hingga 24%, mengalahkan rekor sebelumnya yang mengalami penurunan 10% pada tahun 1958.
Penyebaran global
Dalam menanggapi pandemi virus korona, Amerika kini mulai memberlakukan aturan yang tegas termasuk upaya pembatasan sosial 15 hari untuk memperlambat penyebaran virus.
Secara global, sejak pertama kali kemunculannya, kini hampir 19.000 orang telah meninggal akibat virus korona di seluruh dunia, dan lebih dari 420.000 orang terinfeksi.
Daerah Eropa Selatan sekarang menjadi pusat pandemi, dengan Italia dan Spanyol mencatat ratusan kematian setiap harinya.
Pemerintah di seluruh dunia telah merespons dengan memberakukan pembatasan sosial dengan harapan bisa memperlambat laju penyebaran virus.
Sumber | BBC |