Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Diskusi FPCI: Pengamat Rekomendasikan Tiga Pilar NSP Plus
(Foto: FPCI)

Diskusi FPCI: Pengamat Rekomendasikan Tiga Pilar NSP Plus



Berita Baru, Internasional – Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mendorong kebijakan New Southern Policy Plus (NSP+) untuk lebih dekat dengan ASEAN, tak terkecuali Indonesia.  Hal tersebut disampaikan Prof. Wongi Choe, Head of Center for ASEAN-India Studies, Korea National Diplomatic Academy (KNDA) dalam acara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Selasa (15/6).

Selain Prof. Wongi Choe, diskusi virtual FPCI ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh muda yang bekerja di institusi strategis. Di antaranya, Equilibrium Tampubolon dari Bappenas yang membahas pilar masyarakat, Amalia Mastur dari Kedutaan Besar Inggris yang menyorot pilar perdagangan dengan fokus pemulihan dari COVID-19, setelahnya ada Angelo Widjaya yang memberi rekomendasi pada pilar perdamaian. Ketiganya memberikan rekomendasi pada tiga pilar NSP plus yang berbeda.

NSP+ memiliki tiga fokus: people (masyarakat), prosperity (kesejahteraan), dan peace (kedamaian). Aspek people mengedepankan hubungan seperti peluang edukasi antara Korsel dan ASEAN, prosperity terkait kerja sama ekonomi, dan peace tentang posisi Korsel yang ingin semakin aktif dalam perdamaian internasional.

“Mayoritas implementasi program di bawah NSP berada di kerja sama pembangunan. Kita menekankan pembangunan ekonomi yang sama-sama menguntungkan,” kata Prof. Wongi Choe.

Menurut Choe, pendekatan ekonomi kepada ASEAN disebut penting karena Korsel dianggap perlu diversifikasi dalam perdagangan setelah sebelumnya bergantung kepada ekonomi China.

Selama 20 tahun terakhir, hubungan ekonomi China-Korsel cukup timpang, terutama karena meningkatnya ekspor China ke AS. Korsel pun ikut merasakan buahnya, sebab ekspornya ke China juga naik. Tetapi kini China sudah dianggap pesaing dalam sektor industri.

Prof. Wongi Choe mengatakan bahwa Korsel tetap berusaha menjaga hubungan baik dengan China mengingat negeri tirai bambu masih menyerap 27 persen perdagangan Korea, meski demikian dibutuhkan adanya diversitas dalam hubungan dagang.

“Terlalu bergantung ke China dapat menciptakan masalah. Kamu butuh memiliki diversitas. Kamu butuh hubungan dagang yang lebih seimbang,” ujarnya yang memastikan bahwa prospek ekonomi dari NSP sangatlah cerah.

Sementara itu, pihak Korsel menegaskan bahwa NSP+ juga mempertimbangkan isu-isu di luar ekonomi, yakni perdamaian. Prof. Wongi Choe berkata Korea Selatan ingin lebih aktif dalam isu perdamaian regional.

Ini berbeda dari program NSP sebelumnya yang mementikan pembangunan, tetapi tak terlalu memperhatikan isu politik.

“Saya pikir sekarang ada aspirasi dalam hal perdamaian juga. Kami ingin mengekspansi kontribusi Korea dan tanggung jawab dalam kontribusi kepada perdamaian dan stabilitas regional,” ujar Prof. Choe.

Terkait masalah perdagangan, pihak Korsel berkata ingin fokus pada kerja sama yang sama-sama menguntungkan, tanpa ada agenda sepihak.