Dihantam Tiga Roket, AS Sampaikan Rencana Penarikan Diri dari Kedutaan Besar di Baghdad
Berita Baru, Internasional – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) sampaikan rencana penarikan dirinya dari kedutaan besar di Baghdad, kecuali bila Irak dapat mengontrol serangan terhadap personel Amerika, lapor The Washington Post dilansir dari Sputnik News, Senin (28/9).
Menurut laporan Washington Post, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyampaikan rencana penarikan diri AS kepada Kadhimi, setelah tiga roket menghantam Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, Minggu (26/1) waktu setempat. Sumber keamanan mengatakan kepada AFP, dari lima roket yang diluncurkan, tiga di antaranya mengenai sasaran. Sementara satu roket dilaporkan menghantam kafetaria saat jam makan malam.
“Kami berharap pemerintah Amerika akan mempertimbangkannya kembali,” kata Ahmed Mulla Talal, juru bicara Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi, Minggu (28/9). “Ada kelompok penjahat yang mencoba untuk menggoyahkan hubungan ini, dan menutup kedutaan akan mengirimkan pesan negatif kepada mereka.”
Laporan itu juga mengutip pernyataan salah seorang pejabat Irak yang mengatakan bahwa pemerintah AS menuntut adanya tindakan yang lebih keras terhadap milisi, maka rencana penutupan kedutaan dapat dibatalkan.
Seorang pejabat senior Irak melaporkan satu orang terluka akibat serangan tersebut. Namun tidak diketahui dengan jelas identitas korban, apakah warga AS atau anggota staf Irak yang bekerja di misi.
“Seorang pejabat senior di kantor Kadhimi hari Minggu mengatakan bahwa perdana menteri sedang melobi mitra Eropa untuk mencoba membujuk Amerika Serikat untuk membatalkan keputusannya, mengutip konsekuensi negatif yang mungkin ditimbulkan pada stabilitas negara,” kata The WaPo.
Menurut Sky News Arabia, berita tentang rencana AS untuk menarik diri dari kedutaan Irak kemungkinan akan diumumkan secara resmi pada hari Senin.
Dikutip dari laporan CNN Internasional, AS menuduh kelompok Hashsha al-Shaabi berada di balik serangkaian serangan roket ke kedutaan besar AS di Baghdad dan pangkalan yang menampung pasukan mereka.
Sebagai balasan, AS melakukan serangan terhadap Kataeb Hezbollah, sebuah faksi bersenjata garis keras Irak yang merupakan bagian dari jaringan militer Hashsha al-Shaabi.
Kedutaan Besar AS di Irak terletak di wilayah yang biasa disebut dengan ‘Zona Hijau’, sebuah area yang menampung beberapa misi diplomatik asing dan kantor pemerintah Irak. Zona tersebut sering mendapat serangan roket, meski tidak menimbulkan korban sipil atau kerusakan yang signifikan.
Serangan roket kian meningkat setelah kematian Jenderal Qassem Soleimani pada Januari 2020, yang dilakukan atas perintah langsung dari Presiden Donald Trump. Meskipun tidak ada kelompok yang secara resmi bertanggung jawab atas serangan itu, AS mengecam kehadiran milisi yang didukung Iran tanpa hokum. Departemen Luar Negeri AS mendesak Irak untuk memenuhi kewajibannya dalam melindungi fasilitas diplomatiknya.
Menanggapi insiden itu, parlemen Irak memilih untuk mengusir semua pasukan asing dari negaranya, termasuk Amerika. Trump kemudian mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Irak setelah pemilihan presiden nanti.
Menurut juru bicara Pentagon, Jonathan Hoffman, saat ini ada sekitar 5.200 tentara AS di Irak.