Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Warga Seol menonton TV yang menampilkan gambar peluncuran rudal Korea Utara selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 28 September. Foto: Ahn Young-joon/AP
Warga Seol menonton TV yang menampilkan gambar peluncuran rudal Korea Utara selama program berita di Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 28 September. Foto: Ahn Young-joon/AP.

Di Tengah Tawaran Pembicaraan dengan Korea Selatan, Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal



Berita Baru, Seoul — Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah menembakkan rudal jarak pendek ke laut dalam uji coba senjata terbaru pada Selasa (28/9) pagi, menimbulkan pertanyaan tentang ketulusan tawarannya baru-baru ini untuk melakukan pembicaraan.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan, Rudal itu ditembakkan sekitar pukul 06:40 waktu setempat dan pihaknya telah bersiap ‘mempertahankan postur kesiapan’ untuk kemungkinan ‘peluncuran tambahan.’

Menurut laporan CNN, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Boo Seung-chan mengatakan uji coba rudal itu ‘disesalkan karena terjadi pada saat stabilitas politik di semenanjung Korea sangat kritis.’

Uji coba rudal tersebut merupakan yang ketiga kalinya dilakukan Korea Utara bulan ini.

Pada 11 dan 12 September, Pyongyang mengatakan telah menguji coba rudal jelajah jarak jauh.

Kemudian pada 16 September, Korea Utara dan Korea Selatan menguji coba rudal balistik, meningkatkan ketegangan secara eksponensial di wilayah yang sudah menjadi salah satu wilayah paling bergejolak di planet ini.

Rincian peluncuran sedang dianalisis oleh otoritas Korea Selatan dan AS. Namun Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan Korea Utara menembakkan ‘apa yang bisa menjadi rudal balistik’ dan bahwa pemerintahnya meningkatkan kewaspadaan dan pengawasannya.

Peluncuran rudal itu terjadi tepat sebelum perwakilan Korea Utara Kim Song berbicara di Majelis Umum PBB di New York, di mana ia menyesali perpecahan antara Korea Utara dan Selatan, dan mengkritik kehadiran AS di wilayah tersebut.

“Hubungan antar-Korea tidak pernah keluar dari bayang-bayang campur tangan dan penghalang AS,” kata Kim Song.

Upaya diplomatik pimpinan AS yang bertujuan meyakinkan Korea Utara untuk meninggalkan senjata nuklirnya dengan imbalan keuntungan ekonomi dan politik telah terhenti selama 2,5 tahun, lapor NPR.

Di satu pihak, para pejabat AS telah berulang kali menyatakan harapan untuk pembicaraan lebih lanjut tetapi juga memperjelas sanksi jangka panjang yang dikenakan pada Korea Utara akan tetap berlaku sampai Korea Utara mengambil langkah nyata menuju denuklirisasi.

Sementara, di pihak lain, Korea Utara telah menguji senjata jarak pendek dan berjanji untuk terus membangun persenjataan nuklirnya. Kim Jong Un juga tengah berjuang mempertahankan moratorium pengujian senjata jarak jauh yang mampu mencapai Amerika, sebuah indikasi bahwa ia ingin menjaga peluang untuk diplomasi masa depan dengan Korea Utara da AS bisa ‘setara’.