Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Orang-orang berpegangan pada penghalang di samping seorang petugas polisi ketika para pendukung pemimpin Peru yang digulingkan Pedro Castillo berkumpul di luar penjara polisi tempat dia ditahan, di Lima, 14 Desember 2022. Foto: Reuters/Sebastian Castaneda.
Orang-orang berpegangan pada penghalang di samping seorang petugas polisi ketika para pendukung pemimpin Peru yang digulingkan Pedro Castillo berkumpul di luar penjara polisi tempat dia ditahan, di Lima, 14 Desember 2022. Foto: Reuters/Sebastian Castaneda.

Demo Tak Kunjung Surut, Keadaan Darurat Peru Diperpanjang



Berita Baru, Lima – Keadaan darurat Peru diperpanjang untuk satu bulan lantaran demo tak kunjung surut.

Keadaan darurat itu berlaku di ibu kota Lima dan dua wilayah selatan di mana protes mematikan terhadap pemerintah telah memicu kekerasan terburuk negara itu dalam 20 tahun.

Peru pertama kali mengumumkan keadaan darurat nasional selama sebulan pada pertengahan Desember.

Keadaan darurat pertama itu muncul tak lama setelah demonstrasi pecah atas penggulingan mantan Presiden sayap kiri Pedro Castillo, dimana ia berusaha membubarkan Kongres dan memerintah melalui dekrit.

Lebih dari 40 orang tewas dalam bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan sejak awal Desember.

Tindakan darurat diperpanjang yang ditandatangani oleh Presiden Dina Boluarte pada Sabtu (14/1) malam, yang memberikan wewenang khusus kepada polisi dan membatasi kebebasan termasuk hak untuk berkumpul, berlaku untuk Lima dan wilayah selatan Puno dan Cusco.

Di Puno, di mana hampir setengah dari korban tewas, pembatasan itu mencakup jam malam 10 hari.

Menurut laporan Reuters, dalam pawai di Lima pada hari Sabtu (14/1), pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional merah putih di samping spanduk berbingkai hitam sebagai tanda berkabung.

Mereka juga mengecam Boluarte, mantan wakil presiden Castillo, yang sehari sebelumnya telah meminta maaf atas kematian tersebut sambil menyerukan penyelidikan.

“Dia munafik,” kata pengunjuk rasa Tania Serra, berbicara di tengah teriakan massa, yang kadang-kadang berdesak-desakan dengan polisi yang dilengkapi perlengkapan anti huru hara.

“Dia bilang maaf, maaf, tapi dia tidak keluar untuk berbicara, dia mengirim polisi, militer untuk membunuh,” imbuhnya.

Pada 12-13 Januari, jajak pendapat oleh Ipsos Peru yang diterbitkan di surat kabar Peru 21 pada hari Minggu menunjukkan 71% orang Peru tidak menyetujui pemerintahan Boluarte naik dari 68% pada bulan Desember.

Para pengunjuk rasa menuntut Boluarte mundur, dan Castillo, yang ditangkap karena “pemberontakan”, dibebaskan.