Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Nandalal Weerasinghe, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka yang baru diangkat, berbicara dalam konferensi pers di Kolombo, Sri Lanka, 8 April 2022. Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte.
Nandalal Weerasinghe, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka yang baru diangkat, berbicara dalam konferensi pers di Kolombo, Sri Lanka, 8 April 2022. Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte.

Demi Stabilkan Ekonomi dan Jinakkan Inflasi, Bank Sentral Sri Lanka Gandakan Suku Bunga



Berita Baru, Kolombo – Pada Jumat (8/4), Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) akhirnya memutuskan untuk menggandakan suku bunga utamanya demi stabilkan ekonomi dan jinakkan inflasi yang didorong oleh krisis ekonomi parah.

CBSL menaikkan suku bunga acuan sebesar 700 basis poin (bps), sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Dewan Moneter Bank Sentral Sri Lanka, pada rapat yang diadakan pada tanggal 08 April 2022, memutuskan untuk menaikkan Standing Deposit Facility Rate (SDFR) dan Standing Lending Facility Rate (SLFR) Bank Sentral sebesar 700 basis poin menjadi masing-masing 13,50 persen dan 14,50 persen, efektif sejak penutupan bisnis pada 08 April 2022,” kata pernyataan moneter CBSL, Jumat (8/4).

Gangguan pasokan domestik, anjloknya mata uang lokal dan tingginya harga komoditas secara global dapat terus menekan inflasi, imbuh pernyataan CBSL.

“Sangat penting untuk menahan peningkatan tekanan inflasi yang didorong oleh permintaan tambahan dalam perekonomian dan mencegah eskalasi ekspektasi inflasi yang merugikan, untuk memberikan dorongan yang diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar dan juga untuk memperbaiki anomali yang diamati dalam struktur suku bunga pasar,” imbuh pernyataan CBSL.

Sementara itu, Gubernur CBSL, P. Nandalal Weerasinghe mengatakan bahwa: “Kenaikan suku bunga akan memberikan sinyal kuat kepada investor dan pasar bahwa kami akan keluar dari ini sesegera mungkin.”

Weerasinghe mengatakan bahwa dia ingin menjalankan CBSL secara independen tanpa pengaruh eksternal dan bahwa dia telah diberi wewenang untuk melakukannya oleh presiden dan telah diminta untuk mempercepat langkah-langkah untuk mengeluarkan negara dari krisis saat ini.

“Saya ingin menjadi sangat jelas bahwa pesan saya bukanlah salah satu kepositifan buta. Hal-hal yang menantang dan kita perlu mengambil tindakan tegas. Hal-hal akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik, tetapi kita perlu menerapkan istirahat untuk kendaraan ini sebelum crash,” tambah Weerasinghe.

Inflasi di Sri Lanka mencapai 18,7% di bulan Maret, catat Reuters.

Sri Lanka sendiri merupakan salah satu negara yang tercatat mempunyai banyak hutang, dan hanya memiliki sedikit uang untuk membayar utang. Bahan bakar, listrik, makanan dan, semakin, obat-obatan semakin menipis.

Situasi krisis ekonomi itu mendorong warga melakukan protes di jalanan. Hampir tiap hari protes dilakukan selama lebih dari sebulan. Beberapa protes yang terjadi tercatat berubah menjadi protes yang berujung kekerasan.

Beberapa kali, polisi dan militer Sri Lanka terpaksa menggunakan gas air mata dan water canon untuk membubarkan massa. Baca Selengkapnya: Redam Aksi Protes, Polisi Sri Lanka Gunakan Gas Air Mata dan Water Canon.

Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat pada hari Jumat (1/4) ketika negara kepulauan di Samudra Hindia itu bergulat dengan kenaikan harga, kekurangan bahan pokok dan pemadaman listrik yang bergilir.

Kemudian pada hari Sabtu (2/4), pemerintah menerapkan jam malam di seluruh negeri setelah protes berubah menjadi kekerasan.