Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dalam Cengkeraman Junta, Rakyat Myanmar Terperosok dalam Lubang Kelaparan

Dalam Cengkeraman Junta, Rakyat Myanmar Terperosok dalam Lubang Kelaparan



Berita Baru, Internasional – Sejak terjadinya kudeta pada Februari dan serangan bertubi-tubi setelahnya oleh junta, rakyat Myanmar kini terjerembab dalam lubang kelaparan yang mengerikan.

Dewan Penasihat Khusus untuk Myanmar, seperti dilansir dari The Guardian, mengatakan bahwa militer telah menghancurkan persediaan makanan, membunuh ternak warga dan memotong jalan yang digunakan distribusi makanan dan obat-obatan.

Serangan dari junta di barat laut dan timur Myanmar telah menghentikan aktivitas petani untuk memanen tanaman mereka.

Dewan ahli, yang mencakup orang-orang yang sebelumnya bekerja di Myanmar untuk PBB, mengatakan masyarakat internasional harus bekerja dengan pemerintah persatuan nasional paralel (NUG), yang dibentuk oleh politisi pro-demokrasi, untuk mendapatkan dukungan kepada rakyat.

Chris Sidoti, mantan anggota misi pencari fakta PBB, mengatakan: “Alih-alih bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, komunitas internasional dapat dan harus bekerja secara formal dengan NUG dan mendapatkan bantuan lintas batas ke dalam negeri dan kepada orang-orang yang Membutuhkannya.

“Ada jaringan kemanusiaan dan medis lokal tepercaya termasuk penyedia layanan [dan] organisasi berbasis komunitas dan masyarakat sipil yang sudah membantu orang. Mereka perlu didukung dan diberdayakan.”

Dewan menuduh junta melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk dengan sengaja merampas bahan pangan.

Yanghee Lee, mantan utusan PBB untuk Myanmar, mengatakan bahwa penting untuk meolak junta secara internasional karena dampak dari tindakannya.

Lee berkata: “Siapa pun yang mengaku mengakomodasi militer demi kepentingan rakyat sebenarnya hanya memperpanjang penderitaan mereka. Tindakan ini dapat dianggap terlibat dalam kejahatan militer.”

Pembaruan darurat PBB menyebut sebanyak 234.600 orang telah mengungsi sejak kudeta Februari, dengan total lebih dari 600.000 mengungsi di negara itu pada November. Laporan itu mengatakan sebagian besar pengungsi internal dan komunitas tuan rumah berjuang untuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.

Menurut PBB, sekitar 3 juta orang membutuhkan bantuan penyelamatan jiwa di Myanmar, dengan 2 juta di antaranya diidentifikasi sejak kudeta.