Dahlan Iskan: Bisnis Itu Ditularkan, Bukan Diajarkan
Berita Baru, Jakarta – Pondok Pesantren Nurul Jadid (PPNJ) Paiton – Probolinggo menggelar Webinar Kewirausahaan bertem Entrepreuner Pesantren dan Santri, pada Minggu (18/7).
Narasumber kegiatan ini adalah Kepala Pengasuh PPNJ yang juga Bendahara Pusat Himpunan Bisnis Pesantren (Hibitren) KH. Abdul Hamid Wahid, dan juga Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Dalam pemaparannya Dahlan Iskan menggarisbawahi pentingnya perencanaan masa depan atau karir santri setelah lulus dari pesantren.
“Bagaimana perencanaan atau katakanlah angan-angan, berapa berapa banyak santri Nurul Jadid yang akan jadi Ulama, jadi ahli teknologi, jadi ekonom, jadi pebisnis, dan jadi manajer atau profesional,” ungkap Dahlan.
Mulai diaktifkannya Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik di Universitas Nurul Jadid (UNUJA), menurut Dahlan menjadi pertanda baik dari kebangkitan umat islam untuk menjadi ahli IT, ahli ekonomi dan pebisnis.
Selain itu ia juga menyampaikan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan penataan ulang, khususnya terkait dengan dunia pendidikan.
“Kayaknya di negara ini perlu segera merumuskan ulang komposisi, berapa orang yang harus belajar teknik, berapa orang yang harus belajar ekonomi, berapa orang yang harus belajar ilmu sosial. Biar cepat majunya,” terang Dahlan.
Menyinggung bisnis, Dahlan berseloroh kalau bidang ini agak bertentangan dengan nilai-nilai yang diterapkan di pesantren.
Pasalnya, bisnis mengajarkan orang untuk kejam, pelit, tega, dan tidak boleh tepa selira.
“Gak cocok dibicarakan di pesantren, karena di pesantren harus baik hati,” gurau Dahlan.
Lebih jauh ia menilai bisnis tidak bisa sekedar diajarkan, tetapi juga harus ditularkan.
“Ketika seseorang sekolah bisnis lalu dapat ijazah, atau ikut seminar bisnis lalu dapat sertifikat, tidak serta merta lulusannya langsung jadi pebisnis,” jelas Dahlan.
Oleh karena itu ia berpesan agar pihak pesantren sejak awal harus sudah memonitor bakat, minat dan motivasi santri, khususnya melalui kepanitiaan kegiatan di pesantren.
“Kepanitiaan kegiatan di pesantren perlu melibatkan sebanyak mungkin santri. Nanti akan kelihatan siapa yang berpotensi jadi leader, manajer, pebisnis, marketing, dan lain-lain,” tandas Dahlan.