Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Cuaca Tak Menentu, Picu Naiknya Harga Cabai di Bojonegoro

Cuaca Tak Menentu, Picu Naiknya Harga Cabai di Bojonegoro



Berita Baru, Bojonegoro – Harga cabai di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya meningkat drastis dalam dua pekan terakhir ini. Cuaca yang tidak menentu, memicu naiknya harga bumbu dapur berasa pedas ini.

Harga cabai mulai naik dua pekan terakhir karena berkurangnya stok di pasaran. Cuaca tidak menentu membuat kualitas cabai tidak bisa tumbuh dengan baik.

Tak hanya itu banyak cabai yang rusak sebelum masa panen. Kondisi itu membuat stok di pasaran berkurang.

Di sejumlah pasar di Bojonegoro, seperti Pasar Besar Kota Bojonegoro, Pasar Banjarejo, Pasar Kapas, harga cabai terus meningkat dalam dua pekan ini.

Misalnya harga cabai rawit atau sret, dari sebelumnya Rp 50.000 perkilogramnya, kini naik menjadi Rp 80.000 per kilogram. Begitu juga dengan cabai keriting, dari sebelumnya Rp 42.000 perkilogramnya kini naik Rp 76.000 per kilogram.

Muryati, salah satu pedagang sayur-mayur di Bojonegoro, mengaku resah dengan naiknya harga cabai dalam dua pekan ini. Menurutnya, cabai dari harga kulakan sudah naik sehingga sampai di pedagang pasar jadi mahal.

“Dari distributornya saja sudah mahal mbak harganya. Belum lagi banyak yang rusak karena busuk,” ujarnya Muryati, dalam siaran pers Pemerintah Bojonegoro yang dikutip pada (28/01/2020).

Naiknya harga cabe juga disayangkan Bu Kasman, penjual sayur dan makanan olahan di Bojonegoro. Menurutnya, dalam sehari membeli cabai, rata-rata satu kilogram.

Tetapi karena harga naik, sehingga hanya beli setengahnya. “Biasanya beli cabai sehari sekilo. Karena harga naik, saya jadi beli setengah kilo saja sehari,” ujarnya.

Sementara itu data di Dinas Pertanian Bojonegoro menyebutkan, area tanam komoditas cabai rawit tahun 2019 tersebar di beberapa tempat.

Luasannya tercatat ada 183 hektare yang tersebar di sembilan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Yaitu Kecamatan Temayang, Kedungadem, Kanor, Sumberrejo, Trucuk, Malo, Padangan, Kasiman dan Kedewan.

“Tersebar di sejumlah tempat,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Bojonegoro, Zaenal Fanani. (MCB/toeb)