Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Covid-19 Afrika
(Foto: REUTERS / Mike Hutchings)

COVID-19 di Afrika: PBB Perkirakan 300.000 hingga 3,3 Juta Kematian



Berita Baru, Internasional – Menurut Worldmeters.info, pada tanggal 18 April, Afrika telah melaporkan sekitar 20.000 lebih kasus COVID-19, dan 1.020 meninggal dunia.

Namun, menurut laporan yang dirilis UNECA pada awal April berjudul COVID-19 in Africa: Protecting Lives and Economies mengatakan “Antara 300.000 sampai 3,3 juta orang-orang di benua Afrika dapat kehilangan nyawa mereka sebagai dampak langsung COVID-19, tergantung pada tindakan intervensi yang diambil untuk menghentikan penyebaran.”

UNECA menegaskan bahwa benua di benua Afrika, virus korona akan cepat menyebar dan berkembang biak. Ini merujuk pada fakta bahwa 56% dari populasi perkotaan Afrika – tidak termasuk Afrika Utara – “terkonsentrasi di pemukiman kumuh yang padat dan tidak terlayani dengan baik.” Selain itu, laporan itu mencatat bahwa hanya 34% dari rumah warga yang “memiliki akses terhadap fasilitas dasar mencuci tangan.”

Menurut komisi PBB, Afrika belum mengalami masa puncak bahkan masih jauh dari puncak pandemi virus korona.

Laporan tersebut juga menekankan bahwa dampak ekonomi dari pandemi virus korona “berpotensi untuk mendorong 27 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrim,” karena fakta bahwa pasar minyak dan pariwisata telah sangat terpukul. Dan ini akan membuat pemerintah berisiko kehilangan kontrol. .

UNECA memperkirakan setidaknya US$100 miliar akan diperlukan sebagai “sumber daya respon kesehatan dan keselamatan sosial” dan US$100 miliar lainnya akan dibutuhkan sebagai stimulus darurat ekonomi.

Di samping itu, PBB juga telah memperingatkan bahwa ketahanan pangan sekitar 25 juta orang Afrika terancam mengalami krisis.

Pada awal bulan ini, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah memperingatkan bahwa negara-negara Afrika timur yang menghadapi gerombolan belalang gurun (belalang juta) mungkin akan membuat ketahanan pangan mereka terancam, karena pengiriman pestisida internasional telah tertunda sebagai dampak pandemi COVID-19.


SumberSputnik News