Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pengutang Terbesar PBB

China Menampar AS dengan Sebutan ‘Pengutang Terbesar’ PBB



Berita Baru, Internasional – Mengutip berita Sputnik pada hari Minggu (17/5), Wakil Utusan China untuk Misi PBB Yao Shaojun telah memarahi Amerika Serikat (AS) karena negara itu telah menjadi ‘pengutang terbesar’ Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Yao Shaojun menyebutkan bahwa Washington berutang pada PBB sekitar US$1,16 miliar untuk anggaran operasi reguler dan US$1,3 miliar untuk pemeliharaan perdamaian.

Tamparan Yao Shaojun itu ia keluarkan awal pekan ini pada pertemuan komite anggaran Majelis Umum PBB. Selain menyebut AS sebagai negara pengutang terbesar, ia secara khusus menekankan pentingnya semua negara yang menjadi anggota PBB untuk melaksanakan kewajiban keuangan mereka pada PBB.

“Menghadapi tekanan ekonomi dan fiskal yang luar biasa akibat pandemi COVID-19, China, sebagai kontributor terbesar kedua untuk anggaran reguler PBB dan anggaran pemeliharaan perdamaian, telah membayar semua kontribusi kepada PBB secara penuh. Ini menunjukkan dukungan konkret China untuk tujuan PBB dan semua pekerjaan dari Sekretaris Jenderal,” Yao Shaojun menggaris bawahi.

Menanggapi sebutan itu, mengutip kantor berita AP, juru bicara AS untuk Misi PBB yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa China ingin mengalihkan perhatian dunia dari upaya menutup-nutupi perihal krisis COVID-19.

“ini [pernyataan Yao Shaojun] adalah hal lain,” ujarnya.

Juru bicara itu juga mengatakan bahwa AS baru-baru ini telah membayar US$ 726 juta untuk pemeliharaan perdamaian PBB. Sementara untuk yang lain, akan dibayarkan sebagian besar pada akhir tahun.

Hal ini bisa diterima mengingat tahun fiskal AS berjalan dari Oktober hingga September, dan bukan dari Januari hingga Desember. Dan ini juga yang menjadi jawaban kenapa AS biasanya melakukan pembayaran pada PBB di akhir tahun.

Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric menolak untuk mengklarifikasi jumlah tunggakan dari AS. Ia hanya menyebut bahwa jumlah yang belum terbayar ke PBB senilai US$ 1,62 miliar untuk anggaran reguler PBB dan US$ 2,12 miliar lebih untuk anggaran pemeliharaan perdamaian.

Arus kas masuk yang tidak dapat diprediksi, diperburuk oleh krisis global yang ditimbulkan oleh pandemi virus korona, mengancam kemampuan PBB untuk melakukan tugasnya.

Oleh karena itu, pada akhir April, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gueterres menulis surat kepada 193 anggota PBB untuk meminta semua negara anggota membayar semua iuran mereka dan mengumumkan pembekuan sementara perekrutan.

Tamparan dari Yao Shaojun itu keluar di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS, di mana para pejabat AS mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada China dan menuntut pengenaan tarif baru pada China atas dugaan kesalahan dalam penangangan virus korona di masa awal dan membuat khawatir akan dimulainya perang dagang.

Selain itu, Presiden Trump sendiri pada hari Kamis (14/5) mengatakan bahwa AS dapat memutuskan semua hubungan diplomatik dengan China, yang mana langkah itu ia anggap dapat menghemat setengah triliyun dolar.