Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Investigatif

Che de los Reyes dan Langkah Ketat Pembuatan Reportase Investigatif



Berita Baru, Tokoh – Reportase Investigatif berbeda dengan reportasi biasa. Ketika yang kedua sebatas pemberitaan ala kadarnya, maka yang pertama membutuhkan penyelidikan, komitmen, ketahanan, ambisi, fokus, dan semacamnya.

Apa yang diungkapkan Che de los Reyes Head of Research Team ABS-CBN News Filipina tidaklah berbeda jauh. Menurut Che, penelitian atau penyelidikan pada kasus terfokus, pengumpulan data primer, dan pengecekan silang adalah tumpuan dari reportasi investigatif.

Hal ini, ia sampaikan dalam sesi gelar wacana Bercerita Internasional Beritabaru.co ke-65 dengan tajuk Storytelling in Journalism pada Selasa (21/9).

Lebih jauh, di benak Che ada empat (4) langkah penting untuk membuat reportase investigatif. “Yang pertama tadi itu ya, yakni penyelidikan dan pengumpulan data primer,” ungkap Che dalam Bahasa Inggris.

Selanjutnya, yang kedua adalah memastikan bahwa dokumen yang didapatkan asli. Asli di sini, kata Che, merujuk pada dokumen yang didapatkan secara langsung dari kontor resmi lembaga yang sedang diselidiki.

“Alih-alih dokumen fotokopi, dokumen asli pun atau yang dinyana asli yang didapat dari internet kurang bisa diterima dalam reportase investigatif,” tegasnya.

Ketiga, siapa pun yang terlibat dalam jurnalisme investigatif penting untuk mengupayakan agar subjek atau informan tahu siapa dirinya dan sedang melakukan apa.

Hal tersebut krusial, tegas Che, sebab dengan begitu orang-orang akan memberikan sesuatu yang penting untuk penyelidikan. “Ya, jika mereka tahu kita sedang ingin mengungkap kasus korupsi di kantornya misalnya, mereka akan menceritakan kita sesuatu,” ujarnya.

Pada faset ketiga ini pun, Che mengandaikan agar jurnalis juga sekaligus melakukan konfirmasi pada pihak yang terlibat atas dokumen yang sudah didapatkan. Konfirmasi ini sama sekali penting untuk menguatkan betapa dokumen yang sudah dikantongi adalah autentik.

“Jika pihak sana tidak mau memberikan komentar, kita tidak bisa berhenti dan memberitakan bahwa mereka tidak mau berkomentar. Kita tidak bisa begini,” kata Che.

“Kita harus tetap mengupayakan agar mereka mau mengomentari dan konfirmasi. Jadi di sini, ketahanan mutlak dibutuhkan. Sebab ini nanti hubungannya dengan ketika kita mendapatkan ancaman dari pihak terkait,” imbuhnya.

Adapun terakhir lebih pada perlunya jurnalis investigatif untuk diskusi dengan kolega, tim editorial, dan sebagainya terkait sejauh mana hasil reportasenya siap untuk dirilis.

Siap di sini, kata Che, berkaitan dengan apakah memang benar reportase yang sudah dibuat nantinya tidak akan merugikan beberapa pihak dan justru menguntungkan pihak lain yang tidak tepat.

“Jadi, ketika memang kami tahu akan ada pihak yang banyak dirugikan, padahal mereka sebenarnya tidak patut mendapatkannya, maka kami urungkan rilis. Kira-kira begitulah gambarannya soal rilis ke khalayak,” jelas Che.

Berawal dari cinta bercerita

Dalam diskusi yang dipandu oleh Lukman Hakim dari The Reform Inisiatives (TRI), Che berkisah pula tentang mengapa ia memilih untuk terjun pada dataran jurnalisme yang terjal.

Menurut pengakuannya sendiri, semua itu berawal dari kesukaan Che pada bercerita. Che suka berkomunikasi dengan orang-orang, berbagi cerita, mendengarkan cerita mereka, dan kemudian membagikan cerita baik tersebut pada khalayak.

“Saya pikir begitu sih. Jadi ketika masih bekerja di bidang pemberdayaan, saya terjun di masyarakat dan saya suka melakukan itu. Pada sisi lain, saya juga suka menulis. Jadinya, sesuai,” ungkapnya.

Karena basis kesukaannya tersebut, Che tidak terlalu membedakan ketika ia bekerja di perusahaan media minor atau non-profit dan perusahaan media mayor seperti ABS-CBN di Filipina.

Bagi Che keduanya sama. Sebab baik di yang kecil atau pun besar, prinsip jurnalisme tetap sama. Justru untuk kasus reportase investigatif, media minor lebih bisa memberikan jurnalisnya untuk improvisasi dan melahirkan produk berkualitas.

“Sederhana alasannya. Di media kecil, kita bisa fokus karena tidak terlalu banyak hal yang dikerjakan, sedangkan di media besar, waktu dan tenaga kita habis untuk banyak sekali hal, sehingga kunci dari investigasi tersebut (fokus) sulit dilakukan,” jelasnya.

Kendati demikian, berada di bawah media besar bukan berarti tidak ada enaknya. “Enaknya itu kita tidak perlu capek mengenalkan siapa kita pada orang-orang. Sebab mereka sudah tahu,” kata Che sambil tertawa kecil.