Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Healthcare Summit 2020

BPJS Kesehatan Paparkan Strategi Kendali Mutu dalam Healthcare Summit 2020



Berita Baru, Jakarta – Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan, Maya Amiarny Rusady menjadi salah satu narsumber dalam Healthcare Summit 2020 bersama 23 pembicara lainnya. Dikutip dari keterangan tertulisnya pada hari Senin (9/11), ia menyampaikan tema Patient Safety & Research dengan judul Quality and Cost Containment for Patient Safety.

Selain Indonesia, para pembicara lainnya berasal dari berbagai negara meliputi Amerika, Turki, Uni Emirat Arab, Singapura, Ghana, Meksiko, India, Malaysia, Jerman, Arab Saudi, Bangladesh, dan Nigeria. Adapun tema besar Healthcare Summit 2020 adalah “Advances in Healthcare, Innovation & Management”.

Dalam kesempatan tersebut Maya menyampaikan strategi kendali mutu dan kendali biaya dalam rangka memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta memantau keselamatan pasien.

“Keselamatan pasien melalui pemberian pelayanan yang berkualitas harus menjadi prioritas. Jangan sampai peserta JKN-KIS diberikan pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan (unnecessary treatment). Dengan sistem kendali mutu dan kendali biaya tentu akan berefek domino, selain menjamin keselamatan pasien, juga akan menjamin keberlangsungan program JKN-KIS dengan terkendalinya pembiayaan pelayanan kesehatan,” terang Maya.

Untuk itu, BPJS Kesehatan juga bekerjasama dengan Tim Kendali Biaya dan Kendali Mutu (TKMKB) yang diharapkan dapat mengawal pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien dan efektif.

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan oleh tim ini adalah disusunnya pedoman dan instrumen self-assessment untuk pelayanan operasi bedah caesar (sectio cesaria) di rumah sakit.

“Pedoman ini telah diimplementasikan di seluruh Indonesia, dalam rangka mengatasi permasalahan proporsi seksio cesarea yang tinggi. Dari data yang ada, proporsi Tindakan sectio cesaria dalam Program JKN-KIS besarnya mencapai lebih besar dari dua kali lipat rekomendasi WHO. Padahal menurut WHO tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa proporsi sectio cesaria yang lebih besar dari 10% akan menurunkan risiko ibu dan bayi,” Jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut Maya juga memberikan gambaran perkembangan digitalisasi dalam Program JKN-KIS. Tingginya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan adanya transaksi jutaan data yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan pemenuhan data tentunya harus diimbangi sistem teknologi informasi yang terintegrasi.