BMKG Laporkan Tiga Kejadian Banjir di Musim Kemarau
Berita Baru, Jakarta – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya tiga kejadian banjir dalam sepekan terakhir di beberapa wilayah di Indonesia, meskipun saat ini sedang berada dalam musim kemarau. Banjir terjadi di Bengkulu, Jawa Timur, dan Bali.
“Dalam sepekan terakhir, tercatat tiga kejadian banjir akibat curah hujan lebat hingga ekstrem. Kejadian banjir yang cukup signifikan terjadi di tiga provinsi, yaitu Bengkulu Utara di Bengkulu pada tanggal 5 Juli dengan curah hujan tertinggi mencapai 200 mm,” ujar Prakirawan BMKG, Efa Septiani, dalam keterangannya, seperti yang dikutip pada Minggu (16/7/2023).
Efa menjelaskan bahwa kejadian banjir kedua terjadi di Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 7 Juli dengan curah hujan tertinggi mencapai 160 mm. Sedangkan kejadian banjir ketiga terjadi di tujuh kabupaten di Bali pada tanggal 7 Juli dengan curah hujan tertinggi mencapai 260 mm.
Lalu, apa faktor yang memicu hujan lebat pada musim kemarau sehingga menyebabkan banjir di tiga wilayah tersebut?
Efa sebelumnya menyampaikan bahwa dari data rekapitulasi kejadian bencana hidrometeorologi pada bulan Juli 2022, BMKG mencatat ada 56 kejadian banjir di seluruh wilayah Indonesia, meskipun bulan Juli memiliki jumlah kejadian terendah dalam setahun.
“Namun, dari tahun ke tahun, peluang kejadian banjir di wilayah Indonesia tetap ada pada periode musim kemarau,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Efa menjelaskan bahwa dinamika atmosfer harian masih memainkan peran penting dalam proses pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir.
“Pada kejadian banjir di tiga wilayah Indonesia dalam seminggu terakhir, kondisi dinamika atmosfer yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan awan hujan dalam skala regional dan lokal, seperti aktifnya MJO atau Medan Julian oscillation,” jelasnya.
Efa menambahkan bahwa pertumbuhan sistem tekanan atau pola siklonik di Samudra Hindia juga mempengaruhi arah angin. Selain itu, adanya intrusi udara kering di kasus Bali menyebabkan pengangkatan massa udara di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembap.
“Ketiga dinamika atmosfer tersebut memicu pertumbuhan awan hujan yang menyebabkan terjadinya banjir di Bengkulu, Jawa Timur, dan Bali,” pungkasnya.