Bikin Marah China, Presiden Taiwan Akan Perkuat Hubungan Militer dengan AS

Berita Baru, Taipe – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akan memperkuat hubungan militernya dengan Amerika Serikat (AS) dan akan bekerja sama lebih erat dengannya dan negara-negara sahabat lainnya untuk menghadapi “ekspansi otoriter”.

Tsai Ing-wen mengatakan hal tersebut kepada sekelompok anggota parlemen yang berkunjung dari AS. Delegasi bipartisan termasuk Ro Khanna dari California dan Tony Gonzales dari Texas tiba di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu pada Minggu (19/2) di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China atas dugaan balon mata-mata China.

AS, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi merupakan pendukung dan pemasok senjata internasional terpenting pulau itu.

“Taiwan dan Amerika Serikat terus meningkatkan pertukaran militer, dan ke depan Taiwan akan bekerja sama lebih aktif dengan Amerika Serikat dan mitra demokrasi lainnya untuk menghadapi tantangan global seperti ekspansionisme otoriter dan perubahan iklim,” kata Tsai kepada lima anggota parlemen di kantornya di Taipe, dikutip dari Reuters. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

Sementara AS tidak lagi memiliki pangkalan militer di Taiwan, hubungan militer negara-negara itu semakin dalam karena China telah meningkatkan tekanan di pulau itu, yang diklaimnya sebagai miliknya.

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan tidak memiliki informasi tentang kunjungan semacam itu.

China menentang segala bentuk pertukaran antara Taiwan dan pemerintah asing. Juga tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau itu.

Khanna, anggota Komite Pemilihan DPR China AS, mengatakan kepada Tsai bahwa kelompok tersebut, yang pada Senin bertemu dengan pendiri Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), berada di sana untuk meningkatkan hubungan keamanan dan ekonomi. TSMC adalah pembuat chip kontrak terbesar di dunia.

Ketegangan antara AS dan China meningkat lagi bulan lalu setelah Washington menuduh Beijing mengirim balon mata-mata ke Amerika Utara dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken membatalkan rencana perjalanannya ke Beijing. Pesawat, yang menurut Beijing adalah balon cuaca yang keluar jalur, akhirnya ditembak jatuh di lepas pantai Carolina Selatan.