Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Biden Semakin Unggul, Donald Trump Meminta Penghitungan Suara Dihentikan
(Foto: CNN)

Biden Semakin Unggul, Donald Trump Meminta Penghitungan Suara Dihentikan



Berita Baru, Internasional – Pada Kamis (5/11), Joe Biden dari partai Demokrat mulai memerlihatkan kemenangan atas Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dengan margin yang sangat tipis di beberapa negara bagian.

Sementara Biden tengah mendekati angka 270, seperti dilansir dari Reuters (6/11), Trump menuntut adanya penghentian perhitungan suara.

“HENTIKAN PENGHITUNGAN!” dan “HENTIKAN PENIPUAN!”, kata Trump melalui akun twitternya pada Kamis (5/11), meskipun dia tidak memiliki otoritas atas penghitungan suara.

Ketegangan meningkat di beberapa wilayah karena penghitungan suara yang berlarut-larut hingga dua hari sejak pemungutan suara ditutup. Sebagian melakukan demonstrasi di jalanan mempertanyakan integritas pemilu.

Biden, mantan wakil presiden AS, terlihat semakin meggeser Trump di Pennsylvania dan Georgia sambil mempertahankan margin tipis di Nevada dan Arizona.

Trump, yang selama kampanye terus-terusan menyerang integritas sistem pemungutan suara AS, kini melemparkan tuduhan adanya kecurangan dalam pemungutan suara, mengajukan tuntutan hukum dan menyerukan penghitungan suara ulang.

Trump mengajukan gugatan pada Kamis malam waktu setempat dengan tuduhan adanya kecurangan pemungutan suara di Nevada yang meliputi Las Vegas, salah satu negara bagian di mana dia nyaris mengikuti Biden.

Trump juga mengajukan tuntutan hukum di Michigan dan Pennsylvania untuk menghentikan penghitungan suara. Sekretaris Negara Michigan Jocelyn Benson, yang bertanggung jawab atas pemilihan umum, menyebut gugatan tim Trump “sembrono”.

Beberapa pakar hukum menyebut gugatan itu tidak akan mungkin memengaruhi hasil akhir pemilihan.

Di Wisconsin, Nevada, dan Arizona Joe Biden unggul atas Trump, kemudian di Georgia dan Pennsylvania juga bergerak mendekati Trump.

Berbagai tuntutan hukum dilayangkan oleh Trump dengan permintaan penghitungan suara ulang. Dalam beberapa kasus, ia menyebut telah menemukan puluhan ribu surat suara yang tidak valid untuk membalikkan hasil jika Biden menang.

“Apa yang kami lihat dalam gugatan hukum ini adalah bahwa mereka tidak pantas, dan tidak lebih dari upaya untuk mengalihkan dan menunda apa yang sekarang tak terhindarkan: Joe Biden akan menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya,” manajer kampanye Biden, Jen O’Malley Dillon mengatakan kepada wartawan.

Beberapa suara di Georgia dan Pennsylvania diperkirakan condong ke Demokrat – seperti wilayah Atlanta dan Philadelphia. Di Georgia, para pejabat mengungkapkan harapannya bahwa akan ada resolusi dalam penghitungan suara mereka pada akhir Kamis. Prospek terkikis Trump mencapai sekitar 14.000, dengan sekitar 2 persen dari surat suara yang belum terhitung. Sementara untuk Trump sekitar 115.000 suara di Pennsylvania, dengan sekitar 8 persen suara tersisa untuk dihitung.

Biden telah menghimpun sekitar 3,6 juta suara lebih banyak daripada Trump secara nasional. Trump mengalahkan Demokrat Clinton pada tahun 2016 setelah memenangkan negara-negara bagian penting di medan pertempuran dan mengamankan kemenangan Electoral College meskipun dia memenangkan sekitar 3 juta lebih banyak suara secara nasional.

Untuk kembali memenangkan perhelatan ini, Trump harus memenangkan suara di negara-negara bagian di mana suaranya unggul, termasuk North Carolina, Arizona atau Nevada. Jika tidak, maka dia akan menjadi presiden AS petahana pertama yang kalah dalam pemilu sejak masa George H.W. Bush dari Partai Demokrat pada tahun 1992.