Biaya Subsidi dan Kompensasi Energi Akan Membengkak di Akhir Tahun
Berita Baru, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi biaya subsidi dan kompensasi akan mengalami peningkatan signifikan pada akhir tahun ini. Menurutnya, kenaikan tersebut disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan lifting minyak.
“Subsidi energi dalam hal ini diperkirakan akan mengalami kenaikan dengan beberapa parameter penurunan harga minyak maupun sisi lifting dan nilai tukar,” ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI pada Senin (8/7/2024).
Meskipun demikian, Sri Mulyani tidak merinci proyeksi kenaikan biaya subsidi dan kompensasi energi secara spesifik. Saat ini, pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp186,9 triliun untuk tahun ini. Dari jumlah tersebut, Rp113,3 triliun dialokasikan untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan liquified petroleum gas (LPG), sementara Rp73,6 triliun diperuntukkan bagi subsidi listrik.
Realisasi nilai tukar rupiah pada semester I 2024 mencapai Rp15.901 per dolar AS, lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN 2024 yaitu Rp15 ribu per dolar AS. Untuk semester II 2024, proyeksi nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16 ribu hingga Rp16.200, yang juga lebih tinggi dari ketetapan APBN maupun realisasi di semester I tahun ini.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) tercatat di level US$81,28 per barel pada semester I 2024, sedikit lebih rendah dari target APBN 2024 sebesar US$82 per barel AS. Sepanjang tahun 2024, ICP diperkirakan akan bergerak di rentang US$79 hingga US$85 per barel.
Lifting minyak tercatat sebesar 561 ribu barel per hari (RBPH) pada semester I 2024, lebih kecil dari target APBN 2024 yang sebesar 635 RBPH. Proyeksi lifting minyak untuk sepanjang tahun 2024 diperkirakan mencapai 565 hingga 609 RBPH. Sementara itu, lifting gas mencapai 981 ribu barel setara minyak per hari (RBSMPH) pada semester I 2024, juga lebih rendah dari target APBN 2024 yang sebesar 1.033 RBSMPH. Sepanjang tahun 2024, lifting gas diperkirakan mencapai 943 hingga 1.007 RBSMPH.
Meskipun parameter-parameter tersebut menunjukkan realisasi yang tinggi, Sri Mulyani menegaskan bahwa masyarakat masih menikmati energi dengan harga subsidi. “Namun setiap hari ini masyarakat masih menikmati subsidi yang relatif stabil. Meski ada beberapa perubahan parameter ini, APBN menanggung bebannya,” ujar Sri Mulyani.
Realisasi subsidi dan kompensasi mencapai Rp155,7 triliun sepanjang Januari hingga 30 Juni 2024. Jumlah ini mencakup subsidi dan kompensasi energi serta kredit usaha rakyat (KUR). Realisasi volume subsidi energi sendiri meliputi BBM sebesar 7,16 juta KL, LPG 3 kg sebanyak 3,36 juta kg, dan listrik untuk 40,6 juta pelanggan.