Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Berkunjung ke Dubes Palestina, PBNU Kutuk Agresi Militer Israel

Berkunjung ke Dubes Palestina, PBNU Kutuk Agresi Militer Israel



Berita Baru, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj bersama Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU H Robikin Emhas, dan Ketua PP NU Care-LAZISNU H Achmad Sudrajat melakukan kunjungan ke rumah Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun, di Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (17/5).

Kunjungan itu dimaksudkan untuk memberikan dukungan moral  serta mendesak Israel menghentikan agresi militer dan segera mengakhiri krisis kemanusiaan.

Menurut Kiai Said, agresi Israel terhadap Palestina untuk kesekian kalinya telah menimbulkan nestapa bagi kemanusiaan. Saat ini telah memakan korban jiwa sebanyak 188 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Lebih dari itu, terdapat 1000 lebih korban luka-luka dan bangunan yang porak poranda.

“Kami menegaskan, mengutuk dan mengecam keras agresi Militer Israel yang telah memporak-porandakan Palestina, merenggut nyawa-nyawa warga sipil yang tidak berdosa. Hentikan segera agresi Militer yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Ini merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak bisa dibiarkan dan ditolerir,” tegas Kiai Said.

Konflik yang terjadi di Palestina, lanjut Kiai Said sudah berusia seabad, terhitung sejak Deklarasi Balfour pada 1917 yang bersumber dari klaim bermasalah Israel atas tanah yang dijanjikan. Lalu Inggris mendukung national home bagi warga Yahudi di tanah yang telah ditempati bangsa Palestina.

“Konflik berdarah terus berlangsung sejak Israel, secara sepihak, memproklamasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948 tanpa batas wilayah yang jelas. Dengan dukungan negara-negara Barat, Israel menegaskan batas wilayahnya melalui perang melawan negara-negara Arab, berturut-turut pada 1949, 1967, dan 1973,” jelas Kiai Said.

“Israel, selama 50 tahun terakhir, terus mengukuhkan pendudukannya dengan membangun permukiman bagi ratusan ribu warga Yahudi. Yahudi, yang sebelumnya minoritas, kini menjadi mayoritas populasi yang menggusur bangsa Palestina,” imbuh Kiai Said.

Kiai Said menyayangkan para pejuang Palestina yang terbelah menjadi dua faksi pejuang yang saling berseberangan pendapat, yakni Fatah dan Hamas. Fatah setuju solusi dua negara sebagaimana telah disepakati dalam Perjanjian Oslo 1993.

“Tetapi Hamas menolak. Hamas ingin mendirikan Palestina berdasarkan Islam, Fatah berhaluan nasionalis sekuler. Kedua faksi terkunci dalam perang saudara sejak 2006. Hamas menguasai Gaza, Fatah menguasai Tepi Barat. Polarisasi faksi-faksi pejuang Palestina ikut menyulitkan proses penyelesaian konflik Israel-Palestina,” katanya.

“Oleh karena itu, PBNU mendorong upaya gencatan senjata dari kedua belah pihak antara Militer Israel dan Pejuang Palestina. Hal tersebut bertujuan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk dan kondisi Palestina pulih seperti sedia kala,” pungkasnya.