Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Introver

Berkenalan dengan Introver: Apa Bedanya dengan Ekstrover?



Berita Baru, Jakarta – Pernah dengar nggak sih bahwa karakter manusia terbagi menjadi dua: introver dan ekstrover? Yang sering kita dengar di masyarakat adalah persepsi dan penghakiman bahwa introver itu pendiam, sulit bergaul, dan pemalu; sifat-sifat yang menurut orang tidak menguntungkan, bahkan jelek.

Sementara, ekstrover kerap dilihat lebih beruntung: supel, penuh percaya diri, dan pandai berbicara. Mereka dianggap bakal sukses di sekolah atau pekerjaan, asyik dalam pergaulan.

Kira-kira begitu. Apakah kamu memiliki persepsi yang sama juga? Atau, kamu malah si introver yang dihakimi itu?

Rani Agias Fitri, seorang Psikolog Klinis sekaligus dosen memaparkan dalam bukunya berjudul Ada Apa dengan Introver? (2016). Ditulis olehnya, individu punya sekumpulan sifat yang akhirnya membentuk kepribadian dan muncul dalam perilaku sehari-hari. Nah, beberapa teori Psikologi Kepribadian menggambarkan kepribadian manusia, dan dua diantaranya adalah karakterisitik kepribadian introver dan ekstrover.

Dalam bukunya, Rani menyebutkan setidaknya ada tiga perbedaan utama introver dan ekstrover. Biar nggak salah kaprah dan asal menghakimi orang, yuk kenali apa dan bagaimana sih seorang introver itu?

Tiga Hal yang Bikin Introver sama Eksterover itu Beda

Kata Laney, seperti dikutip dari H. Eve-Cahoon (2003), ada 3 hal nih yang bikin kedua karakter itu berbeda. Pertama, penciptaan energi. Penciptaan atau perolehan energi itu ibarat memperoleh semangat. Misalnya kalau kita laper, perlu makan. Kalau nggak terpenuhi kebutuhan makan itu, maka kamu bakal kelaparan dan nggak bisa beraktivitas.

Introver cenderung mendapatkan energi dari dalam dirinya sendiri, sehingga nggak perlu ke luar atau menyerap energi dari orang lain. Jadi, kalau kmau lihat seorang introver “menarik diri” itu bukan karena dia pemalu atau anti-sosial. Melainkan, dia emang perlu sendiri untuk memperoleh energi. Itulah kenapa, introver bisa kembali hidup dan bersemangat dengan berefleksi di ruang internalnya.

Kedua, respons terhadap stimulasi. Teorinya, ekstrover cenderung ingin mengalami banyak hal, introver cenderung lebih ingin mengetahui banyak hal tentang apa yang bakal dialaminya. Akhirnya, introver lebih banyak diam dan berpikir, sedangkan ekstrover lebih banyak berinteraksi dengan orang.

Introver lebih ingin memahami karena dia sangat peka oleh apapun yang datang dari luar dirinya, seperti terlalu berisik, terlalu banyak orang, terlalu banyak aktivitas. Ketika seorang introver terstimulasi secara berlebihan, mereka bakal mengambil waktu untuk istirahat atau “menuntut pikirannya” agar membatasi input yang masuk. Itulah kenapa, mereka memang lebih nyaman menyendiri.  

Bagaimana dengan ekstrover? Orang dengan kecenderungan karakter ekstrover tidak terganggu dengan banyaknya aktivitas atau banyaknya orang. Justru suasana itu menstimulasi dan memberinya semangat. Ini membuat ekstrover ingin melakukan banyak hal, apalagi karena esktrover meraih energi dari luar dirinya.  ­

Ketiga, pendekatan terhadap pengetahuan. Cenderungnya, introver lebih suka dengan kedalaman, sementara ekstrover menyukai keluasan.

Lebih jelasnya, introver kerap disebut sebagai “pengamat yang hebat” karena jika menemukan hal-hal yang menarik perhatiannya, introver bakal memikirkannya betul-betul. Secara umum, introver senang mempelajari atau mengenal satu topik secara mendetail dan merenungkannya

Nah, kalau ekstrover, mereka lebih senang mengetahui banyak hal meski nggak saksama. Makanya mereka senang terlibat dalam aneka kegiatan. Ketika berpikir, ekstrover mudah terdistraksi. Namun itu juga berarti ia punya banyak ide meksi kesannya random.

Mungkinkah Kita Introver Sekaligus Ekstrover?   

Bakal kompleks nggak sih kalau dalam diri satu orang ada dua kepribadian? Dia suka menyendiri, tapi juga demen bergaul? Dia suka mengamati satu hal secara fokus, tapi juga banyak ide?

Mungkin saja. Kenyataannya, ada orang yang menunjukkan karakter introver maupun ekstrover. Orang ini disebut bertipe ambiver, yang didefinisikan sebagai orang yang bukan introver, tapi juga bukan ekstrover. Karakter orang Ambiver merupakan kombinasi keduanya. Mereka nyaman dengan interaksi sosial, tapi juga menikmati waktu sendiri.

Kalau kata Jung, seperti dikutip dari J. Feist, GJ. Feist dan T. Roberts (2009) yang seorang pakar Psikodinamika, pada dasarnya setiap orang punya dua sikap yang bertolak belakang, yaitu introver dan ekstrover. Namun, yang satu disadari dan yang satu tidak disadari.

Misalnya nih, jika seseorang memiliki sisi ekstrover yang menurut saya dominas, maka sisi ekstrover itulah yang dikembangkan sepenuhnya. Pada titik tertentu, mereka akan sadar sisi berbeda dalam dirinya yakni sisi introver. Sisi introver ini biasanya dianggap sebagai sisi lebih dalam dirinya.  

Jadi perlu diingat, tak ada yang lebih baik dari yang satu. Oke?