Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Polisi Iran
Demonstran turun ke jalan-jalan Behbahan untuk memprotes kesulitan ekonomi [Reuters]

Belajar dari Tragedi November, Polisi Iran akan Tindak Tegas Pengunjuk Rasa



Berita Baru, Internasional – Pada hari Jumat (17/7), polisi Iran mengatakan akan menindak ‘secara tegas’ pengunjuk rasa yang memprotes hukuman mati 3 orang tersangka kasus demonstrasi November 2019.

Mengutip Aljazeera, dalam sebuah pernyataan polisi mendesak orang-orang untuk ‘dengan waspada menahan diri dari pertemuan apa pun yang dapat memberikan alasan bagi gerakan kontra-revolusioner.’

“Pasukan kepolisian memiliki tugas yang melekat dan legal untuk berurusan dengan langkah-langkah putus asa ini,” tambah pernyataan itu.

Tindakan tegas dari polisi Iran itu dilakukan untuk mencegah terulanginya unjuk rasa anti-pemerintah pada November 2019 di mana ratusan orang terbunuh.

Kamis (16/7), Kepala Polisi kota Behbahan, Kolonel Mohammad Azizi mengkonfirmasi bahwa terdapat aksi unjuk rasa pada pukul 9 malam waktu setempat.

Kolonel Mohammad Azizi mengatakan polisi ‘dengan tegas membubarkan’ para pengunjuk rasa yang berkerumun, namun mengatakan tidak ada yang terluka.

Di hari yang sama, kelompok advokasi akses internet NetBlocks.org juga melaporkan adanya pemadaman atau gangguan internet yang mempengaruhi akses online di provinsi Khuzestan yang kaya minyak Iran.

Gangguan itu bertepatan dengan video yang diterbitkan secara daring tentang pengunjuk rasa yang berkumpul di kota Behbahan, sekitar 570 km (355 mil) barat daya ibukota, Teheran.

Satu video yang diverifikasi oleh kantor berita Associated Press menunjukkan kerumunan orang di sebuah alun-alun di Behbahan, berteriak: “Orang Iran akan mati, tetapi tidak akan pernah menerima penghinaan.”

Video yang diposting di media sosial dari dalam Iran pada hari Kamis menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan, “Jangan takut, jangan takut, kita berada di sini bersama-sama!” Beberapa meneriakkan slogan-slogan menentang pejabat tinggi.

Video yang diposting di Twitter menunjukkan kehadiran besar pasukan keamanan di beberapa kota.

“Orang-orang marah. Ekonomi sangat buruk sehingga kita tidak bisa bertahan hidup,” kata seorang pengunjuk rasa anonim pada Reuters, Kamis (17/7).

Unjuk rasa November 2019 merupakan unjuk rasa menentang kebijakan pemerintah Iran untuk menaikkan harga bahan bakar dua kali lipat di tengah sanksi keras yang diberikan AS.

Unjuk rasa itu kemudian berubah menjadi unjuk rasa politik yang meminta para pejabat, termasuk presiden, untuk mundur. Unjuk rasa itu terjadi di hampir seluruh kota di Iran.

Teheran mengatakan jumlah korban jiwa dalam unjuk rasa November 2019 mencapai 225 orang, termasuk anggota pasukan keamanan.

Organisasi HAM Amnesty International menyebut jumlah kematian atas kerusuhan itu 304 orang.

Lalu organisasi HAM independen dari PBB mengatakan pada Desember bahwa jumlah korban meninggal dalam demonstrasi itu 400 orang termasuk 12 anak-anak yang terbunuh.

Atas kejadian itu, Selasa (14/7), Mahkamah Agung Iran menghukum mati tiga orang yang diduga menjadi dalang kerusuhan. Keputusan itu menuai protes dari berbagai kalangan.