Barack Obama: Kekerasan di Myanmar Memilukan
Berita Baru, Internasional – Lembaga Bantuan untuk Tahanan Politik mencatat 3.431 orang termasuk Aung San Suu Kyi telah ditahan oleh Militer Myanmar karena menentang kudeta.
Sekelompok aktivis pembela HAM melaporkan lebih dari 750 orang telah meninggal oleh serangan militer, ketika menggelar aksi penolakan kudeta sejak 1 Februari 2021 lalu.
Peristiwa tersebut mendapat reaksi keras dari mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Mantan orang nomor satu di negeri adidaya tersebut menilai kekerasan yang dilakukan militer Myanmar sangat memilukan.
Melalui akun twitter @BarackObama, ia mendukung upaya pemerintahan Biden dan negara-negara yang berpikiran sama untuk menghukum para jenderal Myanmar tersebut.
“Upaya militer yang tidak sah dan brutal untuk memaksakan kehendaknya setelah satu dekade kebebasan, jelas tidak akan pernah bisa diterima oleh rakyat dan tidak boleh diterima oleh dunia yang lebih luas,” kata Obama dalam pernyataan yang diposting di Twitter.
Obama juga meminta kepada negara-negara di sekitar Myanmar untuk mengecam tindakan kudeta berdarah para jenderal militer tersebut.
“Tetangga Myanmar harus tegas bersikap bahwa rezim pembunuh yang ditolak oleh rakyat hanya akan membawa ketidakstabilan yang lebih besar, krisis kemanusiaan, dan risiko negara gagal,” tegas Obama.
Obama juga meminta kepada penduduk Myanmar untuk terus menjalin solidaritas antar kelompok etnis dan agama dalam melawan kekejaman rezim militer di sana.
“Ini adalah masa-masa kelam, tetapi saya tersentuh oleh persatuan, ketangguhan, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh begitu banyak orang Burma, yang menawarkan harapan untuk masa depan yang bisa dimiliki Myanmar melalui para pemimpin yang menghormati keinginan rakyat,” pungkas mantan presiden AS tersebut. (Kang Hadi)