Dinilai Melanggar HAM, Azan di Ontario Diprotes
Berita Baru, Internasional – Wabah coronavirus yang disikapi dengan social distancing menyebabkan masjid ditutup dan perkumpulan massa dilarang di seluruh dunia. Akibatnya, umat Muslim harus bisa menyesuaikan dan beradaptasi dengan realitas baru.
Tetapi, beberapa kota di provinsi Ontario Kanada mulai mengizinkan masjid menyiarkan azan magrib sebagai panggilan untuk sholat dan waktu berbuka puasa.
Dilansir dari Arab News, Sabtu (9/5), Dewan Kota Mississauga Ontario mengeluarkan resolusi pada 29 April untuk menunda kontrol suara di publik.
Peraturan tersebut membuka kemungkinan umat muslim di sana mengumandangkan azan di masjid selama Ramadan, meskipun salat jamaah tetap dilarang.
Kota-kota seperti Toronto, Hamilton, Windsor, Brampton, Ottawa dan Edmonton sudah mengikuti aturan yang sama, dan masjid Dar Al-Hijrah di kota Minneapolis AS juga memperoleh izin menyiarkan azan.
Meski begitu, keputusan Dewan Kota Mississauga mengundang reaksi keras dari beberapa warga Kanada. Sebab keputusan itu dinilai =membawa agama ke ruang publik dan itu melanggar hak-hak mereka.
Bahkan ada yang menilai suara azan memicu gangguan stres pasca-trauma pada tentara Kanada yang pernah bertugas di Timur Tengah. Lainnya menilai keputusan itu tidak konstitusional dan mendukung radikalisme, bahkan sampai melayangkan gugatan hukum.
Protes dari sejumlah warga itu disayangkan Hassan Ahmed. Muslim asal Riyadh yang sekarang tinggal di Mississauga itu melihat bahwa azan tidak terlalu mengganggu masyarakat setempat.
“Lonceng gereja yang didengar pada hari Minggu tidak melanggar hak-hak sebagai seorang Muslim. Dan azan yang bersifat sementara, hanya untuk satu bulan karena keadaan yang ekstrem ini, tidak melanggar hak-hak siapa pun,” tegas Hassan, jamaah di Masjid Al-Falah ini.
Selama ini Kanada memiliki reputasi Internasional sebagai tempat yang aman bagi para pengungsi, khusunya minoritas. Mereka hidup berdampingan dengan cukup baik. Data sensus tahun 2016 menyebutkan, di Provinsi Ontario lebih dari seperempat penduduknya berasal dari minoritas.
Reaksi terhadap azan itu diyakini sebagai sentimen Islamofobia dari segelintir orang saja. Sebab pandemi menyebabkan ketidakstabilan dan keresahan yang kuat.