AS Menyatakan Palestina Harus Memerintah Gaza Pasca-Perang
Berita Baru, Jakarta – Pertempuran di Kota Gaza semakin intens, di mana pasukan Israel dan pejuang Hamas saling berhadapan. Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa Palestina harus memerintah Gaza pasca-perang. Pernyataan tersebut muncul saat pertempuran sengit di jantung Kota Gaza, di mana tank-tank Israel berhadapan dengan perlawanan ketat dari pejuang Hamas yang menggunakan terowongan bawah tanah.
Sayap bersenjata Hamas merilis video yang menampilkan pertempuran jalanan di tengah bangunan yang hancur akibat serangan. Israel menyerang Gaza sebagai respons terhadap serangan Hamas di wilayah selatan Israel pada 7 Oktober lalu, dengan korban tewas mencapai 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan 240 orang disandera.
Pejabat Palestina melaporkan bahwa 10.569 orang telah tewas, dengan 40% di antaranya adalah anak-anak. Sementara itu, AS telah mulai berdiskusi dengan para pemimpin Israel dan Arab mengenai masa depan Jalur Gaza setelah konflik ini selesai.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan ekspektasi Washington terhadap wilayah tersebut. “Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir. Tidak ada upaya untuk memblokade atau mengepung Gaza. Tidak ada pengurangan wilayah Gaza,” kata Blinken dikutip dari Bisnis.com.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan memikul tanggung jawab keamanan di Gaza setelah perang. Namun, pejabat Israel belum menjelaskan bagaimana mereka bisa menjamin keamanan tanpa kehadiran militer. Otoritas Palestina mendukung pemerintahan pasca krisis yang mencakup Gaza bersatu dengan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina.
Seorang anggota kepemimpinan Hamas, Khalil al-Hayya, menyatakan bahwa serangan mereka bertujuan mengubah status quo dan membuka babak baru dalam perjuangan melawan Israel. Komandan Hamas, Saleh al-Arouri, menegaskan tekad para pejuangnya untuk menimbulkan kerugian pada pasukan Israel dalam pertempuran darat di Gaza.
“Semakin banyak (Israel) menyebar dan memperluas wilayahnya, maka kerugiannya akan semakin besar,” kata al-Arouri.