AS, Inggris dan Australia Sepakat Kembangkan Senjata Hipersonik, Ini Tanggapan China
Berita Baru, London – Amerika Serikat, Inggris dan Australia sepakat kembangkan senjata hipersonik dan kemampuan persenjatan modern lainnya di bawah pakta aliansi pertahanan AUKUS, kata PM Inggris Boris Johnson, Selasa (5/4).
Pada September 2021, ketiga negara tersebut mengumumkan terbentuknya aliansi AUKUS, hingga membuat Australia membatalkan kontrak transaksi perjanjian kapal selam Prancis dan beralih membeli program kapal selam nuklir yang didukung oleh AS dan Inggris.
Dalam pernyataan bersama, para pemimpin dari Pakta AUKUS, PM Boris Johnson, Presiden AS Joe Biden dan PM Australia Scott Morrison mengatakan mereka senang dengan kemajuan program kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai secara konvensional untuk Australia, dan bahwa sekutu akan bekerja sama di negara lain. daerah juga.
“Kami juga berkomitmen hari ini untuk memulai kerja sama trilateral baru pada hipersonik dan kontra-hipersonik, dan kemampuan peperangan elektronik,” kata pernyataan itu, dikutip dari Reuters.
AS dan Australia telah memiliki program senjata hipersonik yang disebut SCIFiRE, singkatan dari Southern Cross Integrated Flight Research Experiment.
Pejabat Inggris mengatakan bahwa meskipun Inggris tidak akan bergabung dengan program itu pada saat ini, ketiga negara akan bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan di wilayah tersebut untuk memperluas pilihan mereka.
Pemerintahan Biden berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan rudal hipersonik, yang bergerak dengan kecepatan lima kali kecepatan suara, didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina yang mengkhawatirkan keamanan Eropa.
“Mengingat invasi Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan melanggar hukum ke Ukraina, kami menegaskan kembali komitmen teguh kami terhadap sistem internasional yang menghormati hak asasi manusia, supremasi hukum, dan penyelesaian sengketa secara damai yang bebas dari paksaan,” kata para pemimpin AUKUS dalam pernyataan, menambahkan mereka juga menegaskan kembali komitmen mereka untuk “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”.
Sehubungan dengan kesepakatan baru Aliansi AUKUS tersebut, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun memperingatkan langkah tersebut dapat memicu krisis seperti konflik Ukraina di bagian lain dunia.
“Siapa pun yang tidak ingin melihat krisis Ukraina harus menahan diri dari melakukan hal-hal yang dapat membawa bagian lain dunia ke dalam krisis seperti ini,” kata Zhang kepada wartawan. “Seperti kata pepatah China: Jika Anda tidak menyukainya, jangan memaksakan orang lain juga tidak menyukainya,” imbuhnya.