AS Akan Mengirim Rudal Patriot Jika Turki Mengembalikan S-400 ke Rusia
Berita Baru, Internasional – Pemerintah Amerika Serikat (AS) berulang kali mengecam pembelian sistem rudal S-400 buatan Rusia yang dilakukan oleh pemerintah Turki.
Pihak AS mengklaim bahwa S-400 tidak sesuai dengan standar keamanan NATO dan mungkin membahayakan kinerja operasi jet tempur terbaru F-35 generasi kelima milik AS.
Bulan lalu, pemerintah Turki meminta AS untuk memberi bantuan senjata pertahanan udara Patriot. Senjata itu akan digunakan di perbatasan selatan Turki karena terjadi peningkatan ketegangan di Idlib Suriah. Namun, AS tak kunjung memberikan Patriot.
Karena itulah, beberapa waktu yang lalu, pemerintah Turki meminta bantuan kepada Rusia untuk membeli senjata sistem pertahanan Udara S-400 Triumf buatan Rusia.
Langkah Turki dalam mempertahankan wilayah perbatasan, kemungkinan akan membutuhkan dua senjata sistem pertahanan udara. Hal itu dikarekan adanya perbedaan karakteristik pada masing-masing senjata:
Rudal Patriot vs S-400 Triumf
Dalam hal jarak tembak, S-400 Triumf tampaknya lebih baik dibandingkan Patriot. Ini karena jarak tembak S-400 berada di angka 250 kilometer sementara Patriot di angka 100 kilometer.
Lalu dari segi sistem, S-400 mampu menghancurkan target yang bergerak dengan kecepatan 4.800 meter per detik. Dengan demikian, jet supersonik bisa menjadi target dari S-400.
Sementara Patriot, tidak bisa melakukan itu. Patriot hanya mampu menjadikan target dalam kecepatan 2.500 meter per detik.
Terlebih lagi, dalam hal ketinggian minimum, baik roket maupun helikopter tidak akan lepas dari S-400 bahkan pada ketinggian minimum. Ini karena sistem rudal S-400 akan mengenali dan menghancurkan target yang terletak seratus meter di atas tanah.
Sebaliknya, Patriot hanya efektif pada ketinggian 500 meter atau lebih tinggi dan sistem tidak mampu mendeteksi target yang bergerak di bawah ambang batas ini.
Tidak seperti Patriot, S-400 Triumf mempunyai persenjataan yang sangat canggih dan lengkap, mulai dari rudal berpemandu ultra-manuver yang canggih, rudal jarak-jauh untuk penghancuran AWACS (airborne early warning and control), pesawat perang elektronik, pos komando, rudal balistik sampai rudal untuk mengejar target dengan kecepatan tinggi.
Satu lagi kelebihan dari S-400, yaitu kemampuannya untuk beroperasi dengan lancar ketika dalam kondisi adanya banyak target palsu. Sistem pertahanan S-400 mampu mengidentifikasi target-target palsu di radarnya.
Di samping itu semua, harga dan biaya perawatan dari S-400 Triumf dilaporkan setidaknya tiga kali lebih murah daripada Patriot.
Tampaknya, dalam hal pengalaman, Patriot lebih diunggulkan dalam pertempuran yang terjadi dengan jarak dekat. Misalnya seperti pertempuran AS-Irak dalam Operasi Badai Gurun (Operation Desert Storm) selama Perang Teluk 1991.
Namun, menurut data, keunggulan itu sendiri tidak terbukti. Patrior hanya berhasil mencegat 46 dari 130 rudal Irak. Kegagalan serupa terjadi pada September 2019, ketika Patriot tidak mampu mencegah rudal jelajah dan drone yang mengintai fasilitas minyak Saudi.
Karena itu, banyak para ahli yang mengatakan bahwa S-400 buatan Rusia adalah yang terbaik dalam hal sistem pertahanan udara dan anti-aircraft.
Selain dari Turki, S-400 juga diberli oleh India dan Irak. New Delhi mengisyaratkan kesiapannya untuk mengakuisisi setidaknya lima unit S-400.
Pentagon: Turki Tidak Akan Mendapatkan Sistem Patriot, Kecuali Mereka Mengembalikan S-400 ke Rusia
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada awal bulan ini bahwa sistem S-400 Triumf akan mulai beroperasi di Turki pada bulan April. Pihaknya juga mengatakan bahwa militer Turki “terus belajar untuk bekerja dengan mereka.”
Pemerintah AS telah berulang kali mengecam Turki terkait langkahnya membeli S-400, yang menurut AS tidak sesuai dengan standar keamanan NATO. Tindakan itu juga mungkin menghentikan pemerintah AS untuk memasok senjata Patriot ke Turki.
Pada September 2019, Erdogan memberi pernyataan siap untuk membeli sistem pertahanan rudal Patriot buatan AS sekaligus sistem pertahanan S-400 buatan Rusia.
Bagaimanapun, pernyataan itu kemudian mendapat balasan dari Jonathan Hoffman selaku juru bicara Departemen Pertahanan AS yang mengatakan kepada wartawan awal tahun ini “Turki tidak akan menerima Senjata Pertahanan Udara Patriot kecuali jika pihaknya mengembalikan S-400 ke Rusia.”
Namun Erdogan mengatakan bahwa sikapnya dalam membeli S-400 adalah karena AS telah mengenderkan tawarannya pada saat menyampaikan keinginan Turki membeli Patriot. Karena itu, Erdogan membeli S-400 dari Rusia.
Sumber | Sputnik News |