AS Akan Kirim Bom Kluster ke Ukraina Melalui Paket Bantuan Militer Bernilai $800 Juta
Berita Baru, Internasional – Pemerintah AS dan Pentagon secara resmi menyetujui pengiriman bom kluster ke Kiev, Ukraina, sebagai bagian dari paket bantuan militer senilai $800 juta. Keputusan ini mengakhiri spekulasi dan perdebatan selama berbulan-bulan mengenai penggunaan senjata kontroversial ini di negara Eropa Timur sebagai bagian dari perang proksi NATO melawan Rusia.
“Pada hari ini, Departemen Pertahanan mengumumkan bantuan keamanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan pertahanan yang kritis bagi Ukraina. Paket ini akan memberikan sistem artileri dan amunisi tambahan, termasuk amunisi konvensional yang ditingkatkan ganda yang sangat efektif dan handal (DPICM), yang telah melalui konsultasi yang luas dengan Kongres dan sekutu-sekutu kita,” demikian pernyataan resmi Pentagon pada Jumat (7/6/2023) dikutip dari Sputnik.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan bahwa pihaknya menyadari risiko bahaya terhadap warga sipil akibat bom kluster, namun juga mengakui risiko bahaya yang lebih besar jika pasukan dan tank Rusia melintasi posisi Ukraina dan merebut wilayah serta menindas warga Ukraina lebih lanjut. Oleh karena itu, Presiden AS Joe Biden dan tim keamanan nasionalnya telah menyetujui pengiriman bom kluster ke Ukraina sebagai langkah yang diperlukan.
Selain bom kluster, paket senjata baru ini juga mencakup 32 kendaraan lapis baja Bradley dan 32 kendaraan lapis baja Stryker, sistem pertahanan udara Patriot, rudal AIM-7, dan Stinger dari stok militer AS. Sullivan menegaskan bahwa pengiriman bom kluster ke Kiev bukan untuk mempersenjatai Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia, melainkan untuk memperkuat pertahanan Ukraina dan menghadapi ancaman Rusia.
Bom kluster yang dikirim ke Kiev akan memiliki tingkat kegagalan “tidak lebih tinggi dari 2,5%.” Pihak Ukraina juga telah memberikan jaminan tertulis kepada AS bahwa mereka tidak akan menggunakan amunisi tersebut di daerah perkotaan yang dihuni warga sipil dan akan mencatat lokasi penggunaan bom kluster tersebut untuk memudahkan upaya demining di masa depan.
Namun, pengiriman bom kluster ke Ukraina menuai kekhawatiran eskalasi lebih lanjut dalam krisis Ukraina. Legislator Rusia, Grigory Karasin, menyatakan bahwa langkah ini akan mendapat respons yang keras dari Rusia dan mengecam keputusan AS dan NATO yang dianggap tidak masuk akal. Senator Krim, Sergei Tsekov, juga memperingatkan bahwa penggunaan bom kluster secara sembarangan oleh Ukraina dapat mengancam jiwa warga sipil.
Bom kluster merupakan senjata yang sangat mematikan karena berisi puluhan hingga ratusan bom kecil yang dirancang untuk memaksimalkan kerusakan terhadap pasukan musuh dalam area yang luas. Meskipun lebih dari 100 negara telah melarang penggunaan bom kluster, baik Ukraina maupun AS bukanlah anggota Konvensi Mengenai Bom Kluster. AS sendiri telah menggunakan bom kluster secara luas dalam operasi militer selama hampir enam dekade.
Para ahli militer dan kelompok hak asasi manusia khawatir bahwa pasukan Ukraina akan menggunakan bom kluster yang diberikan oleh AS untuk menargetkan warga sipil di wilayah Donbass dan tempat lainnya, seperti yang telah mereka lakukan dengan senjata yang disediakan NATO lainnya. Mereka memperingatkan tentang risiko kematian yang meluas di antara warga sipil akibat penggunaan sembrono Ukraina terhadap senjata ini.