Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

'Arifavir', Obat COVID-19 yang Baru Diluncurkan Rusia
(Foto: Detik)

‘Arifavir’, Obat COVID-19 yang Baru Diluncurkan Rusia



Berita Baru, Internasinal — Rusia melakukan peluncuran obat yang sudah mendapat persetujuan untuk dijadikan obat COVID-19, Kamis (11/6).

Sejalan dengan itu, Lembaga Kekayaan Negara Rusia (RDIF) menyampaikan bahwa obat yang diberi nama Avifavir sudah dikirim ke beberapa rumah sakit dan klinik di seluruh negeri.

RDIF memiliki 50% saham dalam usaha patungan dengan produsen obat ChemRar saat dilakukan uji coba.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Rusia sudah menyetujui penggunaan obat di bawah proses percepatan khusus sementara uji klinis.

Saat ini tidak ada vaksin untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Korona, dan uji coba manusia terhadap beberapa obat antivirus yang ada belum menunjukkan hal positif.

Di pekan lalu, Ketua RDIF Kirill Dmitriev mengatakan kepada Reuters, rencananya ChemRar akan memproduksi obat untuk mengobati sekitar 60.000 orang per bulan.

Dmitriev pada hari Kamis mengatakan lebih dari 10 negara telah mengajukan permintaan untuk pasokan Avifavir.

“Negosiasi sedang berlangsung untuk memasok obat ke hampir semua wilayah Rusia, dengan tujuh dari lebih dari 80 wilayahnya menerima pengiriman awal Kamis,” Dmitriev menambahkan seperti dilansir dari Reuters, Jumat (12/6).

Dengan 502.436 kasus, Rusia memiliki jumlah kasus infeksi ketiga tertinggi di dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat (AS). Namun, negara ini memiliki angka kematian resmi yang relatif rendah yaitu 6.532 – sesuatu yang telah menjadi fokus perdebatan.

Departemen Kesehatan Moskow pada hari Rabu meningkatkan jumlah kematiannya untuk bulan Mei, mengutip perubahan dalam cara menentukan penyebab kematian bagi pasien yang menderita masalah kesehatan lainnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah ada yang salah dengan data kematian resmi akibat virus Corona Rusia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan minggu ini bahwa tingkat kematian Rusia yang rendah “sulit untuk dipahami.”