Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Duta Besar Abdallah Al-Mouallimi (kanan), Wakil Tetap Arab Saudi untuk PBB. Foto: Reuters.
Duta Besar Abdallah Al-Mouallimi (kanan), Wakil Tetap Arab Saudi untuk PBB. Foto: Reuters.

Arab Saudi Geram dan Menilai Iran Tidak Serius Menyelesaikan Kebuntuan Konflik Yaman



Berita Baru, Dubai – Arab Saudi geram dan menilai Iran tidak serius menyelesaikan kebuntuan konflik Yaman yang di tengahi oleh PBB, dan menuntut pembicaraan yang ‘substantif’.

Utusan Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallimi juga menyesalkan sikap Iran yang tidak serius dalam menyelesaikan konflik tersebut.

“Kami ingin mendorong diskusi ini menuju isu-isu substantif yang melibatkan perilaku pemerintah Iran di kawasan itu,” kata Mouallimi, pada Senin (13/12), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Arab Saudi diketahui telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada tahun 2016 sehubungan dengan konflik Yaman.

“Tetapi selama Iran terus bermain-main dengan pembicaraan ini, mereka tidak akan pergi ke mana pun,” katanya.

“Iran mengambil sikap jangka panjang terhadap pembicaraan ini. Kami tidak tertarik pada pembicaraan demi pembicaraan,” imbuhnya.

Ketegangan antara kedua musuh bebuyutan ini melonjak pada 2019 setelah serangan terhadap pabrik minyak Saudi yang dituduhkan Riyadh dilakukan oleh Iran.

Tuduhan itu kemudian dibantah dengan tegas oleh Iran. Konflik pun terus membara di Yaman di mana koalisi pimpinan Saudi memerangi kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran.

“Itu (Yaman) telah terbukti sulit diatasi hanya karena Houthi terus menerima pasokan senjata dan amunisi secara terus-menerus dari para dermawan mereka, terutama Iran,” kata Mouallimi, mengulangi tuduhan yang ditolak Iran dan kelompok itu.

Konflik tersebut secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Riyadh dan Teheran, yang bersaing untuk mendapatkan pengaruh di seluruh wilayah.

Arab Saudi dan Iran, kekuatan Muslim Sunni dan Syiah di kawasan itu, meluncurkan pembicaraan langsung pada tahun ini di tengah upaya kekuatan dunia juga berupaya untuk mengembalikan perjanjian nuklir Iran 2015, yang juga masih belum jelas.

Beberapa kekuatan dunia juga menganggap Iran sedang bermain-main dengan waktu, dengan mengulur-ulur waktu, sementara produksi uraniumnya terus meningkat.