Anime Demon Slayer: Alasan dibalik Sikap Kasar Sanemi terhadap Genya
Berita Baru, Anime – Anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Season 3 Episode 6 terakhir menampilkan masa lalu Sanemi dan Genya, dan hubungan rumit mereka sebagai kakak-beradik. Keduanya sama-sama bukan komunikator yang baik, dan kepribadian keduanya kontras dan penuh gejolak. Hal tersebut menjadi salah satu sebab kenapa hubungan keduanya terus tegang.
Dari sekilas uraian tentang hubungan keduanya, Sanemi nampak menghukum Genya atas tuduhan menyakitkan yang pernah dialamatkan kepadanya. Sanemi juga selalu menghindari Genya dan bahkan memintanya untuk tidak bergabung dengan pasukan pembasmi iblis. Tetapi benarkah demikian?
Keduanya memiliki masa lalu yang sangat traumatis terutama Sanemi. Sebagai putra sulung, dia merasa memiliki tanggung jawan besar terhadap keluarganya setelah ayahnya tidak ada. Namun suatu malam, ibu mereka tidak pulang ke rumah dan karena itu Ia menyusul untuk mencari keberadaan ibunya. Namun ternyata ibunya sudah berubah menjadi iblis dan membuat 5 adiknya mati. Satu-satunya yang selamat yakni Genya.
Demi melindungi Genya, Sanemi menguatkan diri untuk membunuh ibunya yang sudah menjadi iblis. Namun Genya alih-alih berterimakasih justru malah menyalahkannya. Kematian adik-adiknya yang tragis, dan keharusan untuk membunuh ibunya yang menjadi iblis menjadi momentum traumatis bagi Sanemi maupun Genya. Dan lebih dari itu kejadian tersebut telah menghancurkan kepolosan mereka sebagai anak-anak.
Bisa dipahami bagaimana kemudian Sanemi tumbuh sebagai anak yang penuh kecamuk, pemarah dan pemberontak dan selalu menampilkan diri sebagai sosok yang tangguh. Namun juga kadang Sanemi berlebihan dan snagat agresif terutama jika menyangkut dengan iblis. Sikap Sanemi terhadap Genya yang nampak bermusuhan dan terkesan jaga jarak sebenarnya adalah mekanisme untuk menyalurkan rasa sakit yang Ia pendam.
Namun sebenarnya di balik penampilan Sanemi yang keras dan perlakuan kasarnya, terdapat motif tersembunyi yang didorong oleh cinta yang mendalam kepada adiknya. Permusuhan Sanemi yang tampaknya tanpa henti terhadap Genya sebenarnya bisa menjadi manifestasi dari naluri pelindungnya.
Dia memahami kenyataan pahit dunia mereka sebagai Pembunuh Iblis dan ingin melindungi saudaranya dari rasa sakit dan kehilangan yang sama yang mereka alami di masa lalu. Di saat-saat bahaya, Sanemi secara naluriah menempatkan dirinya di antara Genya dan bahaya, bertindak sebagai tameng dan mengorbankan kesejahteraannya sendiri demi keselamatan saudaranya. Tindakan tanpa pamrih ini menunjukkan cinta yang mendasari yang melampaui hubungan mereka yang penuh gejolak.
Sementara perlakuan Sanemi terhadap Genya sangat keras dan tampaknya didorong oleh permusuhan, terbukti bahwa tindakannya mungkin berasal dari keinginan untuk menguatkan adik laki-lakinya. Sanemi memahami sifat profesi mereka yang berbahaya dan tak kenal ampun sebagai Pembunuh Iblis, dan dia ingin memastikan bahwa Genya siap menghadapi tantangan yang ada di depan.