Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Longsor
Bencana lonsor di Kupang menutupi sejumlah ruang jalan (foto: Istimewa)

Aktivitas Pungli di Lokasi Longsor Kupang Resahkan Masyarakat



Berita Baru, Jakarta – Aksi pungutan liar yang dilakukan oknum pemuda di daerah bencana alam tanah longsor di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), meresahkan masyarakat yang hendak melintas di jalur alternatif.

Masyarakat menilai tarif jasa mengangkut barang milik para penumpang ditentukan para pemuda terlampau tinggi.

“Kami minta pemerintah dan aparat keamanan untuk bisa membantu menertibkan kegiatan pungutan liar yang dilakukan oknum pemuda di Takari terhadap warga yang melintas di ruas jalan alternatif, karena patokan harga untuk mengangkat barang milik para penumpang sangat tinggi,” kata salah seorang warga setempat, Petrus Seran, dikutip dari Medcom.id, Minggu (19/2/2023).

Dia mengatakan para pemuda mematok harga sekitar Rp40.000 hingga Rp50.000 untuk mengangkat barang bawaan milik para penumpang yang hendak menyeberang dari Takari menuju Kota Kupang.

Sementara itu untuk membantu menyeberangkan kendaraan sepeda motor dipatok dengan harga Rp100.000 hingga Rp150.000/motor.

    “Harga ini sangat tinggi, apalagi dalam kondisi bencana alam ini tentu tidak wajar mereka menetapkan harga seperti itu, karena kondisi keuangan para penumpang juga terbatas,” jelas Petrus Seran.

    Menurut dia para penumpang tidak keberatan apabila ada biaya jasa pengangkutan barang, tetapi jangan terlampau tinggi, karena memberatkan warga yang hendak melintas.

    “Apabila uang yang dimiliki terbatas tentu sangat memberatkan, sehingga kami berharap tidak terlalu mahal, karena banyak warga yang pasti melintas di jalur alternatif dan membutuhkan bantuan jasa para pemuda itu,” ungkap Perus Seran.

    Sementara Kapolres Kupang, AKBP FX Irwan Arianto, mengaku telah memerintahkan anggota Kepolisian yang sedang berada di lokasi bencana tanah longsor di Takari untuk memantau aktivitas para pemuda tersebut.

    “Dalam kondisi bencana seperti ini tentu tidak wajar menarik pungutan dengan harga yang terlampau tinggi, sehingga meresahkan para penumpang yang hendak melintas di ruas jalan alternatif tersebut,” ungkapnya.