Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kaisar Tiberias
Kaisar Tiberius (gambar: @DrJEBall)

Ajaran Ekologis Aptronim Tiberias



Opini, – Tiberias adalah salah satu aptronim (julukan) legendaris untuk sebuah danau yang terletak di wilayah Israel. Julukan Tiberias dibangun atas dasar tinjauan sejarahnya, di mana aptronim atau julukan Danau Tiberias disematkan sesuai dengan nama kota yang menaunginya, Kota Tiberias, Israel. Sebuah Kota yang terletak di utara Israel yang banyak dihuni oleh Yahudi.

Sungguh, ini merupakan hal terberat yang pernah dilakukan oleh Israel untuk tetap menamai kota mereka dengan aptronim Tiberias. Kenapa begitu? Kita paham bahwa nama Tiberias diberikan untuk mengenang Kaisar Tiberius dari Romawi yang berjaya pada tahun 20 Masehi di wilayah Yesrussalem, Israel. Tentunya, aptronim ini penuh dengan kenangan kepedihan, Perang Salib.

Tak hanya Romawi saja yang tergiur dengan keindahan dan nilai strategis Kota Tiberias dengan Danua Tiberias-nya, Yunani dan Hasmonean juga pernah menduduki kota dan danau eksotik ini. Mereka mendirikan kota-kota dan pemukiman di sekitar danau ini seperrti: Gadara, Hippos dan Tiberias. Hingga sejarawan abad pertama Flavius Yosefus, terkesan dengan wilayah ini, hingga ia menulis: orang dapat mengatakan tempat ini sebagai “Ambisi Alam”.

Untuk meredam kepedihan sejarah pendudukan tersebut, akhirnya Israel membuat aptronim (julukan) yang berbeda dengan nama kotanya. Julukan lain tercipta seperti: Danau Galilea, Danau Genesaret, Danau Kineret, Danau Kinerot. Muslim juga tak mau kalah, mereka punya sejarah sendiri, hingga mencipta aptronim berbau Islam, Danau Thobari. Beribu julukan akan terproduksi, namun tetap saja satu, menunjuk pada sebuah danau spektakuler di wilayah Israel.

Klaim aptronim Danau Thobari berasal dari sebuah hadis panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sebuah hadis yang berkaitan erat dengan peristiwa-peristiwa distopia apokalipta (kiamat), yaitu fitnah al-Masih Ad-Dajjal dan Ya’juj Ma’juj.

Klaim-klaim aptronim (julukan) merupakan hal biasa dalam sejarah sebuah tempat. Ibn Khaldun mengatakan: pada hakekatnya sejarah (fann al-tarikh) adalah catatan tentang masyarakat manusia yang berisi uraian- uraian peristiwa yang terjadi pada masa lalu, serta perbincangan bagaimana tokoh, agama, tempat, benda, kekuasaan, negara, atau bahkan Tuhan itu muncul, berdiri, berkembang, mencapai kejayaan, dan kemudian sirna.

Ajaran Ekologis Aptronim Tiberias
Danau Tiberias kini, merupakan wiliayah di bawah kekuasaan pemerintah Israel.

Dengan kata lain, fann al-tharikh itu menunjuk pada pengertian sejarah yang dapat dijadikan klaim aptronim atau julukan sebuah tempat Namun, kalau sudah mengerucut pada kandungan hikmah dan kebijaksanaan, maka ia adalah salah satu dari cabang keluasan filsafat. Nah, disinilah kita akan berbicara tentang ajaran ekologis sejarah Danau Tiberias secara falsasi yang independen dan plural.

Kita tidak boleh dibutakan oleh sebuah aptronim. Yang terpenting bagaimana kita dapat menarik sebuah manfaat ekologis Danau Tiberias dalam hubungannya dengan pesan-pesan distopia apokalipta yang sering disebut-sebut di wilayah ketuhanan.

Studi tentang Danau Tiberias terus berkembang hingga menghasilkan filsafat kritis sejarah dan filsafat spekulatif sejarah. Filsafat kritis sejarah menghunjam pada aspek teori dari disiplin ilmu sejarah akademis, serta berkaitan dengan permasalahan seperti asal-usul bukti sejarah, sejauh mana objektivitas dapat dilakukan, termasuk produksi klaim-klaim aptronim nama, seperti yang terjadi pada penamaan Danau Tiberias.

Sedang filsafat spekulatif sejarah, mengerucut pada bidang filsafat tentang signifikansi hasil dari sejarah manusia, termasuk nilai ekologis sebuah sejarah. Dengan filsafat sejarah, maka kita akan dibawa pada kondisi danau yang akhir-akhir ini mengalami degradasi akibat perubahan iklim dan aktivitas antropogenik. Tentunya, pembahasan yang tanpa lagi membawa-bawa fanatisme sebuah aptronim.

Degradasi kualitas Danau Tiberias merupakan kajian ekologi bagi semua umat beragama dan umat manusia pada umumnya. Kabar-kabar dari Kitab Suci atau sumber lainnya, seharusnya menyatukan visi untuk memperbaiki kualitas danau akhir zaman ini. Israel sudah mengawali usaha penyelamatan danau sakral ini dengan gerakan Save Kinnerot. Saking seriusnya, Israel berupaya untuk tidak menggunakan air danau ini agar debitnya terjaga.

Salah satu usaha Israel adalah dengan mencari jalan alternatif untuk memasok keperluan air pertaniannya, semisal inovasi yang berhasil dikembangkan oleh perusahaan Israel bernama Water-Gen yang telah menciptakan mesin yang dirancang khusus untuk menangkap sebanyak mungkin uap air yang ada di atmosfer. Layaknya usaha dan cara mendapatkan “manna wal salwa”, hidangan yang turun dari langit.

Bahkan, karena kekhawatiran akan turunnya debit air Tiberias yang mulai menyusut oleh kebutuhan pertanian Israel yang memerlukan air sangat besar, Israel juga berupaya memiliki teknologi pengubahan air laut. Ketakutan Israel bukanlah karena sebab-sebab distopia apokalipta, semisal: susutnya debit Danau Tiberia sebagai tanda kiamat akan datang. Israel hanya menjalankan ketentuan ekologis pada umumnya, seperti: penurununan debit air berakibat pada kekeringan wilayah.

Kenapa Danau Tiberias begitu penting diberitakan secara nubuwah? Mari kita bedah dari sisi geospasialnya. Letaknya yang dekat Dataran Tinggi Golan, dan merupakan danau air tawar terbesar  dengan sumber mata air bawah tanah sejenis dengan sumur Zam Zam (sumber air artesis). Artinya, pasokannya tergantung pada reservoir bawah tanah. Kerusakan reservoir bawah tanah jelas merupakan faktor kekeringan dan penurunan debit air.

Danau yang berada di wilayah Israel ini, mempunyai luas 166 km persegi, berkedalaman mencapai 43 meter. Ini merupakan geospasial penting yang pertama. Sedang geospasial penting kedua adalah posisinya yang 211,315 m di bawah permukaan laut. Luar biasa!

Geospasial pertama menunjuk pada letak paparan yang berkonflik, artinya, kelestarian ekologis Danau Tiberian tergantung pada konflik Israel-Palestina yang tiada ujungnya. Setiap konflik akan menghasilkan kerusakan ekologi jika meluas menjadi sebuah perang simetris. Kedua negara ini bertanggungjawab secara moral atas pemberitaan nubuwah yang sakral tentang Danau Tiberias.

Geospasial kedua, tentang letaknya yang berada di bawah permukaan air laut, jelas ini merupakan parameter pentingnya sebuah reservoir raksasa. Artinya, kalau debit air Danau Tiberian susut, berarti ia adalah tanda hancurnya hidrologi kelompok perairan yang berada pada ketinggian di atas atas air laut. Logika sederhananya, yang berada di bawah air laut saja kering, apalagi yang berada di atasnya. Sebuah dialektika sederhana dari hukum Archimedes.

Geografer Arab, Al-Muqaddasi, menggambarkan, bahwa Kota Tiberias dengan Danau Tiberias-nya: di sana terdapat delapan sumber mata air panas dan tidak memerlukan bahan bakar, dan kolam dengan air mendidih tak terhitung banyaknya. Ini menunjukkan adanya aktifitas fumarol dan solfatara yang cukup besar. Terganggunya ekologi dan hidrologi Danau Tiberias akan memberi dampak kepada aktivitas magmatik dataran tinggi Golan.

Secara hitung-hitungan geologis, jika fumarol dan solfatara terganggu oleh dampak kerusakan hidrologis di sekitarnya, maka akan mendorong terciptanya jalan-jalan baru desakan magmatik bumi yang lebih ekstrim. Tentunya ini akan mempercepat malapetaka yang bernama “kiamat”. Jadi, tanggung jawab kelestarian hidrologis dan ekologis Danau Tiberias adalah tanggung jawab bersama atas dasar kesadaran ekologis secara umum, dan bukanlah atas dorongan fanatisme aptronim yang betrsumber dari nilai sejarah yang sempit. (*)