Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Afghanistan: Berjuang Melawan Kelaparan di Bawah Taliban
(Foto: BBC)

Afghanistan: Berjuang Melawan Kelaparan di Bawah Taliban



Berita Baru, Internasional – Kabul adalah kota yang masih menunggu terbentuknya kehidupan baru yang bergantung pada penguasa Taliban. Tapi kelaparan adalah krisis terburuk dari banyak krisis yang terjadi di Afghanistan.

Bagi mayoritas orang miskin kota, mengumpulkan beberapa dolar untuk makan dan menghindari kelaparan adalah tantangan terbesar.

Dilansir dari BBC, jutaan orang Afghanistan hidup dalam kemiskinan yang menyedihkan, di negara yang telah menerima bantuan luar negeri dalam jumlah besar itu. Sisa uang sekitar $9 miliar dalam cadangan bank sentral mungkin bisa membantu mengentaskan krisis, namun naasnya uang tersebut telah dibekukan oleh Amerika.

Saat fajar, ratusan pekerja konstruksi berkumpul di salah satu pasar terbuka di Kabul untuk melakukan apapun yang bisa mereka kerjakan.

Afghanistan: Berjuang Melawan Kelaparan di Bawah Taliban
Setiap hari para pekerja yang mencari pekerjaan – tetapi hanya sedikit yang bisa didapat. (Foto: BBC)

Proyek bangunan besar di kota telah berhenti. Bank-bank tutup. Keran uang asing telah dimatikan. Apa yang tersisa berjumlah snagat terbatas untuk sekadar bertahan hidup.

Sejumlah pekerja konstruksi dijemput untuk bekerja. Sisanya mulai marah. Salah satu pria, Hayat Khan, mengamuk tentang kekayaan yang dicuri oleh elit korup dalam 20 tahun terakhir.

“Orang kaya memikirkan diri mereka sendiri, bukan orang miskin. Saya bahkan tidak bisa membeli roti. Percayalah, saya tidak dapat menemukan satu dolar pun dan orang kaya lainnya memasukkan dolar bantuan dari Barat ke kantong mereka.”

“Tidak ada yang peduli dengan orang miskin. Ketika bantuan datang dari luar, orang-orang yang berkuasa memastikan bahwa itu diberikan kepada kerabat mereka, bukan kepada orang miskin,” tambahnya.

“Ratapan paling umum yang saya dengar di Kabul dalam seminggu terakhir adalah tentang harga makanan dan keputusasaan orang tua yang berjuang untuk memberi makan anak-anak mereka. Harga pangan meroket. Jutaan orang berjuang untuk memberi makan keluarga mereka.”

Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan 93% warga Afghanistan tidak mendapatkan cukup makanan untuk dimakan. Sebelum Taliban merebut kendali bulan lalu, jumlahnya mencapai 80%.

Di seluruh kota berunculan pasar yang dipenuhi oleh orang-orang yang menjual harta benda mereka untuk mengumpulkan sedikit uang, sebagian besar untuk makanan.

“Saya melihat gerobak-gerobak yang datang membawa isi rumah orang-orang, dari karpet berharga atau TV hingga tumpukan barang pecah belah dan peralatan makan. Seorang pria sedang menjual tanaman karet. Banyak yang menjual dan sedikit yang membeli. Tidak ada uang tunai. Pasar barang bekas yang luas penuh dengan keputusasaan,” kata Hyat.

Ancaman terhadap kebebasan pribadi, pendidikan anak perempuan dan hak perempuan untuk bekerja telah dikecam di seluruh dunia. Tetapi prospek untuk tidur dalam keadaan lapar memiliki urgensi tersendiri.

Negara-negara yang ingin membantu warga Afghanistan tetapi menolak Taliban dan semua yang diperjuangkannya menghadapi dilema besar. Agar orang dapat bekerja untuk mendapatkan uang, untuk hidup dan makan, Taliban harus menjalankan negara yang layak di Afghanistan.

Krisis terbaru Afghanistan adalah tentang kehidupan pokok – makanan, keamanan dan harapan – juga keputusasaan serta kemarahan.