Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Afghanistan: AS Akui Serangannya di Kabul Tewaskan 10 Warga Sipil
(Foto: GETTY IMAGES)

Afghanistan: AS Akui Serangannya di Kabul Tewaskan 10 Warga Sipil



Berita Baru, Internasional – AS telah mengakui bahwa serangan pesawat tak berawak di Kabul beberapa hari sebelum penarikan militernya menewaskan 10 warga sipil.

Investigasi Komando Pusat AS menemukan bahwa seorang pekerja bantuan dan sembilan anggota keluarganya, termasuk tujuh anak, tewas dalam serangan tersebut.

Serangan drone AS terjadi beberapa hari setelah serangan teror di bandara Kabul, di tengah hiruk pikuk upaya evakuasi setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan.

Serangan tersebut, seperti dilansir dari BBC, merupakan yang terakhir dilakukan oleh militer AS di Afghanistan, sebelum mengakhiri 20 tahun operasinya di negara itu.

Serangan tersebut bermula dari sebuah pesawat pengintai yang melihat mobil tampak seperti membawa bahan peledak di bagasinya, tetapi ternyata itu adalah wadah air.

Mobil tersebut akhirnya ditargetkan dan meledak. Namun demikian, terjadi ledakan susulan pada mobil tersebut yang oleh pejabat AS diklaim sebagai bukti bahwa mobil tersebut memang membawa bahan peledak. Namun hasil penyelidikan menunjukkan bahwa ledakan susulan disebabkan oleh tangki propana di jalan masuk.

Jenderal McKenzie menggambarkan serangan itu sebagai “kesalahan tragis”, dan menambahkan bahwa Taliban tidak terlibat dalam intelijen yang menyebabkan serangan itu.

Menurut keterangan media, Emal Ahmadi: “Sepuluh orang meninggal di sini termasuk putri saya, dia berusia dua tahun.”

Salah satu dari mereka yang tewas dalam ledakan adalah Ahmad Naser, pernah menjadi penerjemah pasukan AS. Korban lain sebelumnya bekerja untuk organisasi internasional dan memegang visa yang memungkinkan mereka masuk ke AS.

Kerabat para korban mengatakan kepada BBC bahwa sebelumnya mereka telah mengajukan permohonan untuk dievakuasi, dan tinggal menunggu panggilan telepon terkait pemberitahuan keberangkatan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan: “Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan Isis-Khorasan, bahwa aktivitasnya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi. Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini.”

Malapetaka ini mengungkap ironi kematian manusia tak bersalah yang disebabkan oleh perang. Sebagian orang menilai bahwa ainsiden tersebut adalah contoh nyata dari bahaya perang pesawat tak berawak yang berlangsung di negara itu.