Belarusia Mengadakan Latihan Militer dengan Rusia di Dekat Perbatasan Ukraina
Berita Baru, Moskow – Pada hari Senin (29/11), Belarusia mengadakan latihan militer dengan Rusia di dekat perbatasan Ukraina, dan menuduh aliansi militer NATO membangun kemampuan ofensif di dekat perbatasannya, kata Menteri Pertahanan Belarusia.
“Kami melihat formasi pasukan di sekitar perbatasan negara kami… Kami hanya bisa khawatir dengan militerisasi negara-negara tetangga kami, itulah sebabnya kami terpaksa merencanakan tindakan sebagai tanggapan,” kata Menteri Pertahanan Viktor Khrenin dalam keterangan pers, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Di pihak lain, pejabat AS, NATO dan Ukraina mengatakan Rusia telah membangun pasukan di dekat Ukraina, memicu kekhawatiran akan serangan yang membayangi.
Moskow menyangkal rencana semacam itu.
Belarus sendiri berselisih dengan Uni Eropa atas para migran yang berkemah di perbatasan baratnya.
Menyebutnya sebagai tanggapan atas pengerahan militer baru di negara-negara di barat dan selatan Belarusia, Menteri Pertahanan Viktor Khrenin mengatakan Minsk akan mengadakan latihan dengan Rusia dalam “jangka menengah”. Dia tidak memberikan tanggal tertentu.
Anggota NATO Lithuania, yang terletak di sebelah barat Belarusia, mengatakan pada hari Minggu (28/11) bahwa aliansi Atlantik perlu menyesuaikan sikapnya terhadap Belarus, yang militernya, katanya, menjadi lebih terintegrasi dengan angkatan bersenjata Rusia.
Sementara itu, pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan Belarusia tidak akan duduk diam jika konflik yang membara di Ukraina timur meletus atau perang pecah dengan Barat di perbatasan Rusia.
“…jelas di pihak mana Belarus akan berada,” katanya dengan rujukan jelas ke Rusia pada Senin (29/11).
Dukungan finansial dan politik Rusia telah membantunya mengatasi protes besar-besaran terhadap pemerintahannya yang pecah musim gugur lalu.
“Mereka memahami ini, itu sebabnya mereka mulai memperkuat perbatasan utara Belarus-Ukraina mereka,” kata Lukashenko seperti dikutip oleh kantor berita Interfax.
Komentar itu tampak kontras dengan sikap yang lebih netral yang diambil oleh Lukashenko setelah pencaplokan Krimea oleh Rusia tahun 2014 dari Ukraina dan dukungannya untuk pasukan separatis di timur Ukraina.
Minsk, seperti sebagian besar dunia, masih mengakui Krimea sebagai wilayah Ukraina.