Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store
Soekarno, presiden pertama Indonesia. Foto: Bettmann/Arsip Bettmann.

Kartika Sukarno: Inggris Berutang Permintaan Maaf Kepada Ayah Saya dan Jutaan Orang Indonesia Lainnya



Berita BaruKartika Soekarno, anak dari sang proklamator Indonesia, menuliskan opini pada The Guardian yang menyatakan bahwa Inggris berutang permintaan maaf kepada Sukarno dan jutaan orang Indonesia lainnya.

Dalam tulisan yang diterbitkan pada Minggu (7/11) itu, ia masih “merasakan sakit yang mendalam” membayangkan “kesepian ayahnya saat menjadi tahanan rumah pada masa pemerintahan Suharto”. Mulai dari pembungkaman, hingga kesulitan medis.

“Pemerintah Inggris menginginkan penghapusan ayah saya karena kepentingan bisnisnya, seperti yang dilakukan Amerika dan sekutu mereka di wilayah yang kaya akan sumber daya alam. (Papua Barat memiliki tambang emas terbesar di dunia.),” tulisnya.

Atas hal itu, Sukarno kemudia meluncurkan “konfrontasi”, kampanye perbatasan militer terbatas untuk menunjukkan penentangan Indonesia terhadap Malaysia yang baru dibentuk, yang ia lihat sebagai ciptaan dan ancaman kolonial.

“Nasib tragis ayah saya dialami oleh jutaan orang Indonesia yang hidupnya dihancurkan oleh kudeta militer berdarah tahun 1965, yang saya yakini didukung oleh pemerintah Amerika, Inggris, dan Australia. Dari dokumen-dokumen yang baru-baru ini dibuka, kami menemukan bahwa, mulai tahun 1950-an, CIA terus mengawasi Sukarno. Pada tahun 1965, Inggris menghasut pembunuhan massal dengan dalih bahwa orang-orang komunis bertanggung jawab atas pembunuhan enam jenderal terkemuka Indonesia,” imbuhnya.

Peristiwa yang dimaksud mungkin adalah peristiwa pemberontakan PKI. Hal itu karena Kartika juga mengatakan bahwa masih banyak perdebatan sejarah terkait insiden pembunuhan itu.

“Ayahku tahu komunis tidak membunuh enam jenderalnya; dia juga tahu maksud pemerintah Inggris dan Amerika untuk melihatnya digulingkan,” terangnya.

Karena itu, Kartika menyesalkan karena kebenaran sejarah itu masih disembunyikan. Ia juga menyayangkan bahwa “Kurikulum sejarah Eropa dan Amerika tidak menyebutkan perannya dalam masa kelam kolonialisme dan imperialisme barat pada masa perang dingin.”

“Sebaliknya, sebagian besar buku teks sebagian besar masih menawarkan peran pemuliaan diri dalam sejarah ini,” katanya.

“Seperti yang ditunjukkan oleh kisah Pengamat, Inggris terlibat dalam pembunuhan massal dan memungkinkan 32 tahun pemerintahan Suharto yang lalim. Sudah saatnya pemerintah Inggris meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas kerugian besar yang ditimbulkannya,” tutupnya.

Sementara itu, Sang Ibu, Ratna Sari Dewi Soekarno dalam akun Instagramnya mengapresiasi penerbitan tulisan dari Kartika Sukarno.

Unggahan Instagram Ratna Sari Dewi Soekarno, Senin (8/11).

“Saya sangat menghargai The Guardian karena menerbitkan kisah nyata yang ditulis oleh putri saya, Kartika Sukarno. Dunia harus tahu fakta-fakta apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia, ketika jutaan orang dibantai dan dikorbankan, dan PBB benar-benar mengabaikannya karena dua bangsa kuat berada di belakangnya,” katanya.