WOS Indonesia Pertemukan Dramawan Asia-Australia di Asian and Australian Women on Dramatic Reading and Culture
Berita Baru, Jakarta – Women On Stage (WOS) bersama Cambodian Living Arts (CLA) dan Asia-Europe Foundation (ASEF) mempertemukan dramawan dari Filipina, Australia, dan Indonesia dalam program Culture Over Coffee – Asian and Australian Women on Dramatic Reading and Culture pada Jumat (29/10) lalu.
Dalam kesempatan itu, Direktur artistik Keluarga Teater yang juga pendiri Women On Stage (WOS) Herlina Syarifudin mempersembahkan karyanya “Namaku Nama”.
“Karya ini yang memadukan tradisi budaya dan mitologi Jawa yang berdampak besar pada perempuan. Drama ini berfokus pada penderitaan antar generasi perempuan dari nenek ke ibu ke anak perempuan,” kara Herlina dalam keterangan tertulisnya.
Selain itu, penulis pendatang baru dan aktivis seni dan pendidik, Venny Zega mempersembahkan karya barunya “Lontong Opor”. Karya ini dekat dengan fenomena mudik Idul Fitri bagi umat muslim di Indonesia.
“Dia mengeksplorasi bagaimana pandemi secara drastis mempengaruhi situasi dan bagaimana orang menyesuaikan tradisi mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka,” demikian dalam rilis itu.
Maria Theresa C. Belleza pekerja budaya dan manajer produksi lepas dan sekretaris jenderal Women Playwrights International – Filipina mempresentasikan karyanya “The Mango Tree”. Karya ini menceritakan kisah semut pekerja yang hidup berkoloni di pohon mangga yang merefleksikan kesadaran kolektif dengan mengikuti perintah.
Sementara itu, penulis dan sutradara baru Performance Laboratory Incorporated Filipina Noel Pahyupan, menyajikan karyanya yang bertajuk “End Scene”.
Karya ini adalah hasil dari. Penghargaan Fellowship dengan CCP Virgin Labfest Writing Fellowship 15 2019 di Pusat Kebudayaan Filipina,” katanya.
Venisa Buenflor adalah seorang pekerja budaya dan aktor Teater, sutradara, dan penulis drama baru yang berbasis di Negor dan anggota Performance Laboratory Incorporated menampilkan drama baru “Ang Biyah Ni Gregory” (Perjalanan Gregory)mengangkat tema anak muda dan keprihatinan mereka saat dua bersaudara merefleksikan kemenangan, harapan, kegagalan, dan penyesalan mereka serta pilihan yang mereka buat.
Terakhir, dramawan asal Australia yang berdomisili di Indonesia Kerensa Dewantoro mempersembahkan karyanya “Jengkol: Jangan Jengkel”. dalam kutipannya ia mengeksplorasi isu-isu salah tafsir dan kesalahpahaman budaya dalam berbagai versi Islam dan stereotip yang bergerak dua arah antara Islam dan Barat.