Film “A World Without”, Penuh Isu dan Bikin Bingung?
Berita Baru, Entertainment – Film terbaru Nia Dinata berjudul “A World Without” akhirnya rilis secara global pada 14 Oktober lalu melalui layanan streaming Netflix. Latar cerita yang diangkat cukup menantang, menjanjikan nuansa distopia dan mengambil waktu di masa depan. Lalu, apakah film ini dieksekusi dengan baik? Atau, harapan kita yang terlalu ketinggian?
Sinopsis “A World Without”
Di tahun 2030 pasca-pandemi, ketiga dunia telah terkontaminasi plastik, tiga sahabat yang terdiri dari Salina (Amanda Rawles), Tara (Asmara Abigail), dan Ulfah (Maizura) bergabung dalam The Light, sebuah organisasi pelatihan privat dengan asrama khusus yang menawarkan sistem matchmaking (perjodohan) pada tiap anggotanya. Ketiganya ingi memperbaiki kehidupan dan bertemu jodoh idaman.
Memasuki usia 17 tahun, Ulfah dan Tara dinikahkan. Sayangnya pernikahan itu tidak berakhir bahagia. Di sisi lain, hubungan Salina kian dekat dengan dua pembimbing The Light, Ali Khan (Chicco Jerikho) dan Sofia (Ayushita). Keduanya nampak seperti couple goals, namun Salina tahu tingkah mereka sebenarnya.
Buru-buru, Salina berniat keluar dari The Light bersama dua sahabatnya itu. Mampukah mereka?
Review A World Without
Tidak salah kalau kamu menaruh ekspekstasi tinggi dengan film ini. Bagaimana tidak jika disutradarai oleh Nia Dinata? Ia adalah sosok dibalik film klasik berkualitas Indonesia seperti “Ca Bau Kan” (2002), “Janji Joni” (2005), “Berbagi Suami” (2006), dan duologi “Arisan!” (2003 dan 2011). Daftarnya tentu bakal lebih panjang dari ini.
Penulis “A World Without” Lucky Suwandi, belum lama ini menuntaskan penyutradaraan “Ali & Ratu Ratu Queens” (2021) dan sebelumnya menyutradarai “Galih & Ratna” (2017). Pemainnya pun jelas tak sembarangan.
Sayangnya, film ini belum memiliki plot yang kuat. Usahanya mengangkat kritik sosial patut diapresiasi. Diskusi mengenai kehidupan era sosial media, problem lingkungan hidup, juga kekerasan dalam rumah tangga juga menarik untuk disimak.
Nampaknya, isu-isu itu tidak mendarat dengan baik dalam film ini dan justru membuat penonton merasa masalah yang diangkat sejak awal, yakni pernikahan, tak tergambarkan dengan jelas.
Namun jika melihat film ini sebagai upaya mengungkap apa yang barangkali disemmbunyikan oleh idola anak muda, dalam hal ini Ali dan Sofia, pada poin itu film ini berhasil. Dua tokoh itu nampak sempurna di depan, namun menyimpan ‘ambisi yang merugikan’ dibaliknya.
Sebagaimana wawancara Nia dengan Netflix, film ini ingin mengajak penonton untuk mencari otentisitas pada diri sendiri, dan bukan merujuk standar orang lain. Barangkali, kitahttps://www.instagram.com/p/CU31oKqB0V-/ perlu mendengarkan ini dulu sebelum menontonnya?