Banyak Warga Lari Keluar Rumah saat Gempa di Mamuju Tengah Sulbar
Berita Baru, Jakarta – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan beberapa fakta soal gempa berkekuatan magnitudo 5,0 di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat (Sulbar). Salah satunya soal gempa tersebut dirasakan kuat oleh masyarakat di sana.
“Gempa ini dirasakan sangat kuat di Mamuju Tengah dengan guncangan mencapai skala intensitas III-IV MMI menyebabkan pintu dan jendela rumah berbunyi hingga banyak warga ketakutan dan lari berhamburan keluar rumah,” kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam keterangannya, Minggu (26/9).
“Sementara itu di Mamuju gempa juga dirasakan dalam skala intensitas III MMI di mana guncangan dirasakan seakan akan ada truk berlalu,” katanya.
Meski demikian, belum ada informasi mengenai kerusakan akibat gempa tersebut.
Sebagai informasi, gempa yang terjadi pada Minggu (26/9) pukul 16.32 WIB tersebut awalnya berkekuatan M 5,0, lalu dimutakhirkan menjadi M 4,9. Pusat gempa berada di darat, tepatnya 39 km arah baratdaya Mamuju Tengah dengan kedalaman hiposenter 36 km.
“Gempa ini merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang diduga kuat dipicu oleh aktivitas Sesar Naik Mamuju (Mamuju thrust) dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” katanya.
Meski sempat membuat panik masyarakat, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Bahkan, belum tercatat adanya gempa susulan.
“Gempa ini tidak berpotensi tsunami karena episenternya terletak di darat dengan kekuatan yang relative kecil untuk menjadi gempa pemicu tsunami. Hasil monitoring BMKG hingga malam ini pukul 19.43 WIB belum terjadi aktivitas gempa susulan (aftershocks),” katanya.
Sebagai catatan, titik gempa yang terjadi berdekatan dengan dua gempa bumi yang merusakan pada tahun 1972 dan 1984. Wilayah Sulbar memang dikenal sebagai kawasan rawan gempa karena merupakan jalur lipatan dan sasar naik di lepas pantai dan wilayah pesisir.
“Episenter gempa ini terletak berdekatan dengan pusat gempa merusak yang terjadi pada 6 September 1972 magnitudo 5,8 dan gempa merusak pada 8 Januari 1984 magnitudo 6,7,” kata Daryono.
Selain itu, sesar naik mamuju beberapa kali jadi penyebab gempa merusak. Daryono menyebut tahun-tahun di mana terjadi gempa besar akibat sasar naik mamuju.
“Pada 23 Desember 1915, 11 April 1967 (M6,3), 23 Februari 1969 (M6,9), 6 September 1972 (M5,8), 8 Januari 1984 (M6,7), 7 November 2020 (M5,3), dan15-16 Januari 2021,” katanya.
“Sejarah mencatat bahwa di pantai barat Sulawesi Barat peristiwa tsunami sudah terjadi sebanyak 3 kali yaitu pada 8 Januari 1984 (M6,7), 23 Februari 1969 (M6,9), dan 8 Januari 1984 (M6,7),” ucapnya.