Gawat! Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Balistik, Ada Apa?
Berita Baru, Pyongyang – Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara menembakkan sepasang rudal balistik di lepas pantai timurnya pada hari Rabu (15/9).
“Dua rudal balistik yang diluncurkan dari sebuah situs di Korea Utara tengah terbang menuju perairan pantai timur Semenanjung Korea pada Rabu sore,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari CNBC.
Pernyataan itu mengatakan otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sedang menganalisis lebih detil tentang peluncuran rudal balistik tersebut. Disebutkan juga dalam pernyataan itu, Korea Selatan telah meningkatkan pengawasan anti-Korea Utara.
Penjaga pantai Jepang mengkonfirmasi kedua rudal itu mendarat di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang di perairan antara Jepang dan Semenanjung Korea. Tidak ada kapal atau pesawat yang melaporkan kerusakan, kata Penjaga Pantai.
Peluncuran itu terjadi dua hari pasca Korea Utara mengklaim telah menguji sebuah rudal baru dalam uji senjata pertamanya dalam enam bulan.
Sebelumnya, pada hari Senin (13/9), Korea Utara mengatakan bahwa mereka berhasil menguji rudal jelajah yang baru dikembangkan dua kali selama akhir pekan.
Media Kantor berita Korea Utara KCNA menggambarkan rudal itu sebagai “senjata strategis yang sangat penting,” menyiratkan bahwa mereka dikembangkan dengan maksud untuk mempersenjatai mereka dengan hulu ledak nuklir.
Rudal balistik itu dapat melayang sejauh 1.500 kilometer (930 mil), sebuah jarak yang mampu menjangkau seluruh instalasi militer Jepang dan AS di sana.
Banyak ahli mengatakan uji coba Korea Utara menunjukkan Korea Utara mendorong untuk meningkatkan persenjataan senjatanya di tengah kebuntuan dalam diplomasi nuklir antara Korea Utara dan AS.
Jika dikonfirmasi sebagai rudal balistik, uji coba itu akan menjadi yang pertama bagi Korea Utara sejak Maret tahun ini dan pelanggaran lebih lanjut terhadap sanksi PBB.
Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan peluncuran hari Rabu ‘sepertinya pesan tidak langsung Korea Utara dan bahkan meminta ke Beijing agar semenanjung Korea ditangani sebagai agenda utama masalah China’.
“Pada saat yang sama, Pyongyang tampaknya mengklaim dan menekankan bahwa Korea Utara memimpin dalam masalah semenanjung Korea,” katanya kepada kantor berita AFP.
Peluncuran rudal terakhir terjadi ketika Menteri Luar Negeri China Wang Yi berada di Seoul untuk pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pejabat senior lainnya untuk membahas diplomasi nuklir yang macet dengan Korea Utara.
Pembicaraan antara AS dan Korea Utara juga macet sejak 2019, saat AS menolak permintaan Korea Utara untuk keringanan sanksi besar dengan imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua.
Pemerintah Kim Jong Un sejauh ini mengancam akan membangun senjata berteknologi tinggi yang menargetkan AS serta menolak tawaran pemerintah Biden untuk berdialog, menuntut agar Washington menanggalkan sentimennya dulu.
Dimulainya kembali aktivitas pengujian Korea Utara kemungkinan merupakan upaya untuk menekan pemerintahan Biden atas pembekuan diplomatik setelah Kim Jong Un gagal memanfaatkan persenjataannya untuk keuntungan ekonomi selama kepresidenan Donald Trump.