Jaga Alam Papua, KIPRa Dorong Pengembangan Budidaya Sereh Wangi
Berita Baru, Jakarta – Yayasan Konsultasi Independen Pemberdayaan Rakyat (KIPRa) Papua terus melakukan upaya untuk melindungi alam Papua dari ekspansi pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung eksploetatif dan dikhawatirkan dapat merusak. Salah satunya dengan menggagas pengembangan komoditas Sereh Wangi.
“Oleh sebab itu Yayasan KIPRa Papua bekerja di Kabupaten Kerong, kami melihat bahwa eksploitasi ini masih terus berlangsung dari beberapa perusahaan yang mengambil hasil hutan. Tapi kemudian di sisi lain kehidupan masyarakat adat yang ada di kabupaten kerong ini, dalam keseharannya itu belum begitu berkembang dengan baik,” kata Direktur KIPRa Papua Irianto Jacobus dalam acara serial diskusi Festival Torang Pu Para Para.
Diskusi yang digelar secara daring pada hari Senin (16/8) bertajuk ‘Produk-produk Inovatif dari Sereh Wangi’ merupakan salah satu kegiatan dari Program Pelestarian Sumber Daya Alam dan Peningkatan Kehidupan Masyarakat Adat melalui Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA).
Acara yang tersebut juga bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) di Provinsi Papua dan Papua Barat untuk memperkuat Kolaborasi Pasar produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok masyarakat.
Menurut Irianto, kalau mau dilihat Papua memilki potensi sumber alam, hutan dan lahan yang cukup luas. “Sehingga kami memikirkan bagaimana kemudian, lahan-lahan tidur yang ada di Kabupaten Keerom ini bisa dikembangkan dengan budidaya Sereh Wangi,” tuturnya.
Pak Ir, sapaan akrabnya, menjelaskan bahw KIPRa sebelumnya mendapat beberapa rujukan dan informasi terkait pengembangan Sereh Wangi sebagai tanaman yang sangat baik dan tidak sulit untuk dikembangkan. Dilanjutkan dengan berkomuikasi dengan Kesatuan Pembangun Hutan Produksi (KPHP).
“Nah, oleh sebab itu kami memandang bagaimana supaya hutan bisa terjaga dan terlindungi tetapi di sisi lain masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi. Kemudian kami mencoba mengorganisir masyarakat di dua kampung yaiu Skanto dan Gudang Garam 54,” tuturnya.
Pihaknya juga menyebutkan telah memberikan sosialisasi pencerahan dan medorong masyarakat setempat supaya bagaimana lahan-lahan yang ada, yang tidak terpakai bisa dikelola dikembangkan dengan budidaya Sere Wangi.
Lebih lanjut Pak Ir menyampaikan, tanaman Sereh Wangi tersebut dapat menghasilkan minyak sirih yang bisa diolah menjadi berbagai macam produk, salah satunya adalah Teh Sereh Wangi. Dari Sereh Wangi itu dapat dibuat beberapa produk dengan pengelolaanyang inovatif misalnya untuk pemuatan, hand sanitizer, Balsem, dan juga Teh Sereh Wangi.
“Itulah yang melandasi kami, Yayasan KIPRa Papua dengan di support oleh The Asia Foundation (TAF), kita coba mendorong untuk mengembangkan sereh Wangi sehingga menjadi satu Comunity produk dari masyarakat yang mereka bisa kelola sendiri. Sehingga kemudian dapat meningkatkan hasil ekonomi mereka,” tukasnya.
Diketahuti, program PAPeDA yang didukung The Asia Foundation (TAF) dilakukan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Papua dengan lebih mengandalkan partisipasi masyarakat secara keseluruhan, pelaku bisnis, pemerintah daerah, dan lembaga ekonomi pemerintah kampung (seperti: Badan Usaha Milik Kampung/BUMKam).